Selasa, 22 Juni 2010

Jawaban UAS Metodologi Penelitian

JAWABAN UAS (UJIAN AKHIR SEMESTER)


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas UAS
Mata Kuliah Metodologi Penelitian



















Disusun Oleh :
Rina Kusniawati U (2007.1040)
Semester / Jurusan VI / PAI - A




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
SUKABUMI
2010 M/ 1431 H








JAWABAN UAS METODOLOGI PENELITIAN


Judul : Pengaruh Dibukanya Sekolah Menengah Kejuruan Terhadap
Minat Orang Tua dan Siswa Bersekolah di Madrasah Aliyah
Pada Sekolah YASTI (Yayasan Tarbiyah Islamiyah)



1. Judul : Pengaruh banyaknya Sekolah Menengah Kejuruan Terhadap Minat Orang Tua dan Siswa Bersekolah di Madrasah Aliyah pada Yayasan Tarbiyah Islamiyah (YASTI).

a. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal utama dalam hidup zaman sekarang, karena hanya dengan pendidikanlah kita dapat memperoleh pengetahuan yang banyak, selain itu banyak informasi-informasi yang dapat menambah pengetahuan kita. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Karena Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Allah saw. berfirman bahwa pendidikan merupakan hal yang paling penting, seperti dalam surat al-‘Alaq ayat 1-5, yang berbunyi:

                        

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Dari ayat di atas telah jelas bahwa Allah saw. telah menyuruh kita untuk mempunyai pendidikan yang tinggi. Oleh sebab itu, dalam bidang pendidikan sangatlah penting dan harus diperhatikan, karena berdampak pada bidang-bidang yang lain. Masalah kependidikan yang serius dihadapi oleh negara berkembang khususnya yang dihadapi oleh Indonesia, antara lain berkisar pada masalah mutu pendidikan, kesiapan tenaga pendidik, fasilitas, dan lapangan pekerjaan. Pendidikan ini akan berpengaruh pada masyarakat terutama bagi keluarga yang tidak mampu. Mereka menginginkan anaknya untuk langsung bekerja tanpa harus berpendidikan tinggi. Lapangan pekerjaan merupakan indikator penting tingkat kesejahteraan masyarakat dan sekaligus menjadi indikator keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Maka merebaknya isu pengangguran terdidik menjadi sinyal yang cukup mengganggu bagi perencana pendidikan di negara-negara berkembang pada umumnya, khususnya juga di Indonesia. Padahal pada zaman sekarang ini, yang harus lebih dipentingkan adalah akhlak atau moral anak-anak bangsa yang semakin hari semakin dicemaskan. Ini disebabkan karena kurangnya pendalaman pendidikan agama bagi anak-anak terutama siswa lulusan SMP/MTs. Di sekolah Madrasah Aliyah pendidikan agama lebih diutamakan, sedangkan untuk sekolah Menengah Kejuruan dalam hal pendidikan agamanya hanya pada dasarnya saja.
Tetapi untuk saat ini pemerintah telah mempunyai program dalam dunia pendidikan, yaitu untuk SMK sebanyak 70% dan 30% untuk SMA (Th. 2007 : 2). Perubahan jumlah sekolahan ini terpicu data yang diperoleh di lapangan bahwa pengangguran produktif kebanyakan adalah lulusan SMA. Pada dasarnya SMA diprogram untuk mereka yang melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi, sedangkan pembekalan skill (untuk SMA) bisa dikatakan, tidak ada. Berbeda dengan dunia SMK, mereka dituntut untuk menguasai skill serta diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Oleh karena itu, saat ini pemerintah lebih mengunggulkan SMK daripada SMA khususnya MA. Hal ini menyebabkan minat orang tua dan siswa untuk bersekolah di Madrasah Aliyah menurun, karena dipengaruhi oleh banyaknya SMK-SMK yang dibangun.
Sekarang kita lihat, untuk jumlah pendaftar antara sekolah menengah kejuruan dan madrasah aliyah di Sekolah YASTI, maka kebanyakan para siswa lulusan SMP/MTs lebih memilih Sekolah Menengah Kejuruan dibandingkan dengan Sekolah Madrasah Aliyah. Padahal Sekolah madrasah aliyah lebih dahulu ada yaitu pada tahun 1978 dan pada saat itu siswanya lebih banyak se-Kabupaten Sukabumi, dibandingkan dengan sekolah menengah kejuruan yang baru tahun pelajaran 1986/1987 ini dibuka. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya anjuran dari pemerintah agar mempunyai keahlian pada siswa setelah lulus, sehingga dapat menyiapkan siswa agar mampu menguasai dan mengikuti perkembangan teknologi, kemudian siswa dapat menjadi tenaga kerja yang terampil produktif untuk dapat mengisi lowongan kerja yang ada dan mampu menciptakan lapangan kerja terutama dibidang akomodasi perhotelan, usaha jasa pariwisata dan boga, selain itu dapat memberikan peluang masa depan lebih baik, jika tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan alasan inilah, para orang tua dan siswa lebih memilih SMK daripada MA, hal ini dapat mempengaruhi kualitas pada Madrasah Aliyah.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya pengaruh yang akan ditimbulkan akibat banyak dibukanya SMK dengan menurunnya minat orang tua dan siswa karena dengan alasan di atas, maka akan dijelaskan lebih terperinci lagi dalam skripsi ini, dengan judul “Pengaruh Banyaknya Sekolah Menengah Kejuruan Terhadap Minat Orang Tua dan Siswa bersekolah di Madrasah Aliyah pada Yayasan Tarbiyah Islamiyah (YASTI)”.

b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1) Adakah pengaruh akibat dibukanya SMK YASTI terhadap minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MA?
2) Adakah pengaruh akibat dibukanya SMK YASTI terhadap minat siswa untuk bersekolah di MA ASTI?
3) Adakah pengaruh yang ditimbulkan pada Madrasah Aliyah YASTI akibat dibukanya SMK YASTI?
4) Bagaimana kualitas Madrasah Aliyah YASTI pasca dibukanya SMK YASTI?

c. Tujuan dari Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2002: 51) “Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai”. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya akibat dibukanya SMK YASTI terhadap minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MA?
2) Untuk mengetahui apakah ada pengaruhnya akibat dibukanya SMK YASTI terhadap minat siswa untuk bersekolah di MA?
3) Untuk mengetahui pengaruh apa yang ditimbulkan pada Madrasah Aliyah YASTI akibat dibukanya SMK YASTI?
4) Untuk mengetahui bagaimana kualitas Madrasah Aliyah YASTI pasca dibukanya SMK YASTI?

d. Kegunaan dari Penelitian
Pada hakekatnya suatu penelitian yang dilaksanakan oleh seseorang diharapkan akan berguna bagi orang lain terutama bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, kegunaan dari sebuah penelitian terdapat dua manfaat, antara lain:
1) Manfaat Teoretis
 Merupakan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan pada umumnya dan pendidikan SMA pada khususnya.
 Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti-peneliti yang lain yang ingin mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.

2) Manfaat Praktis
 Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sekolahnya terutama untuk sekolah Madrasah Aliyah.
 Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan minat belajar dan cara belajar yang baik sehingga SMK dapat menghasilkan siswa yang terampil dan mempunyai keahlian yang dapat digunakan di masyarakat, sedangkan untuk MA dapat menghasilkan siswa yang kreatif dan mempunyai akhlak yang lebih baik lagi.
 Bagi siswa, sebagai pedoman dalam meningkatkan minat belajar dan cara belajar yang baik, agar dapat berguna di masyarakat nanti.
 Bagi orang tua, dapat berpikir lebih matang lagi dan lebih jauh lagi dalam memilih sekolah untuk anaknya, agar anak dapat mempunyai masa depan yang lebih cerah

2. Variabel penelitiannya adalah : dibukanya SMK dan minat.
a. Definisi Teoritis:
- Dibukanya SMK : pada dasarnya SMK merupakan suatu sekolah yang bertujuan untuk siswa yang mau bekerja dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Sehingga tujuan dari sekolah SMK adalah untuk mencetak siswa-siswa yang mempunyai keahlian khusus dalam suatu bidang tertentu, dimana keahlian tersebut bisa digunakan dalam lingkungan sekitarnya. Tetapi, siswa lulusan SMK ini dapat juga melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, karena kini banyak juga Universitas-Universitas bagi siswa-siswa lulusan SMK.
- Minat : Pengertian minat menurut bahasa (Etimologi), ialah usaha dan kemauan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu. Secara (Terminologi), minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal. Sedangkan, Yohanes Ageng P menuliskan bahwa pengertian minat menurut para ahli adalah :
 ( Hilgar & Slameto ; 1988 ; 59) bahwa minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas.
 (Andi Maprare dan Slameto; 1988; 62) bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu.
 (Slameto; 1988 ; 59) bahwa minat ialah kecenderungan yang tepat untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa minat adalah ialah suatu proses pengembangan dalam mencampurkan seluruh kemampuan yang ada untuk mengarahkan individu kepada suatu pikiran tertentu.

b. Definisi Operasional :
- Dibukanya SMK : dengan banyaknya dibuka sekolah SMK, maka akan menurunkan minat orang tua dan siswa untuk bersekolah di Madrasah Aliyah. Sehingga akan berdampak pada kualitas Madrasah Aliyah yang ada di Kab. Sukabumi.
- Minat : minat adalah proses pengembangan potensi siswa dalam mencampuradukan seluruh kemampuan siswa untuk mengarahkan individu ke dalam suatu pikiran tertentu. minat orang tua siswa yang lebih cenderunng memilihkan anaknya untuk bersekolah di SMK dibandingkan ke sekolah MA, hal ini dipicu oleh keahlian yang akan didapatkan di SMK agar langsung mendapatkan pekerjaan. Begitu pula dengan siswanya, yang sebagian besar keinginannya untuk meringankan beban orang tua dalam membiayai sekolah.

3. Skala yang digunakan dalam penelitian nomor 1 ini adalah skala interval.
Karena dengan pengukuran skala interval, maka kita dapat membandingkan berapa jumlah siswa atau banyaknya siswa yang ada antara dibukanya sekolah SMK dengan minat orang tua dan siswa untuk bersekolah di MA.


4. Menurut Jujun S. Suriasumantru (1982 : 155) bahwa Anggapan dasar atau postulat merupakan asumsi dasar yang keberadaannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Sedangkan menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar (2008 : 37) bahwa anggapan dasar atau postulat adalah pernyataan yang kebenarannya tidak perlu diuji karena sudah diterima oleh umum. Dari pengertian kedua ahli dia atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa anggapan dasar sama dengan postulat, yang diartikan sebagai pernyataan yang berfungsi sebagai landasan bagi peneliti yang tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya.
Sehingga anggapan dasar dari penelitian no.1 adalah:
a. Dengan dibukanya sekolah SMK maka akan menghasilkan lulusan siswa yang telah mempunyai keahlian tertentu.
b. Pengaruh dibukanya sekolah SMK, maka minat orang tua dan siswa untuk bersekolah di MA semakin menurun.
c. Orang tua dan siswa menganggap bahwa lulusan SMK bisa langsung kerja, tanpa memperhatikan bahwa kurangnya penanaman keagamaan yang kuat dalam diri anak.
d. Minat untuk bersekolah di MA akan semakin menurun, akibat dari alasan yang menyatakan bahwa “setelah lulus dari SMK bisa langsung kerja”.

5. Hipotesis terbagi dua. Pertama, hipotesis kerja (hipotesis alternatif) yang disingkat dengan Ha. Kedua, hipotesis nol yang disingkat dengan H0. Dari rumusan-rumusan masalah di atas, maka hipotesisnya antara lain:
a. Rumusan masalahnya : Adakah pengaruh akibat dibukanya SMK YASTI terhadap minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MA YASTI?
- Hipotesis alternatif (Ha) : Terdapat pengaruh yang signifikan antara dibukanya SMK YASTI dengan minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MA YASTI.
- Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh yang signifikan antara dibukanya SMK YASTI terhadap orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MA YASTI.
Jawaban hipotesisnya yaitu Ha : terdapat pengaruh yang signifikan antara dibukanya SMK YASTI dengan minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di MA YASTI.
Alasannya : karena dengan dibukanya SMK YASTI maka orang tua lebih memilih SMK daripada MA, hal ini disebabkan karena adanya pernyataan bahwa setelah lulus dari SMK bisa langsung kerja

b. Rumusan masalahnya : Adakah pengaruh akibat dibukanya SMK YASTI terhadap minat siswa untuk bersekolah di MA YASTI?
- Hipotesis alternatif (Ha) : Terdapat pengaruh yang signifikan antara dibukanya SMK YASTI dengan minat siswa untuk bersekolah di MA YASTI.
- Hipotesis nol (H0) : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dibukanya SMK YASTI dengan minat siswa untuk bersekolah di MA YASTI.
Jawaban hipotesisnya yaitu H0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara dibukanya SMK YASTI dengan minat siswa untuk bersekolah di MA YASTI.
Alasannya : karena setelah dilakukan observasi di lapangan ternyata siswa lebih banyak memilih MA YASTI, ini disebabkan karena siswa ingin melanjutkan sekolahnya ke perguruan tinggi.
c. Rumusan masalahnya : Adakah pengaruh yang ditimbulkan pada Madrasah Aliyah YASTI akibat dibukanya SMK YASTI?
- Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat pengaruh antara sekolah Madrasah Aliyah YASTI dengan SMK YASTI.
- Hipotesis nol (H0) : tidak terdapat pengaruh antara sekolah Madrasah Aliyah YASTI dengan SMK YASTI.
Jawaban hipotesisnya yaitu Ha : terdapat pengaruh antara sekolah Madrasah Aliyah YASTI dengan SMK YASTI.
Alasannya : karena ternyata sekolah Madrasah Aliyah YASTI memiliki jumlah siswa yang tidak seimbang, bahkan menurun jumlah siswanya dari tahun sebelumnya, ini diakibatkan karena adanya SMK yang bernaung dibawah yayasan yang sama.

d. Rumusan masalahnya : Bagaimana kualitas Madrasah Aliyah YASTI pasca dibukanya SMK YASTI?
- Hipotesis alternatif (Ha) : adakah hubungan yang positif antara kualitas Madrasah Aliyah YASTI dengan dibukanya SMK YASTI.
- Hipotesis nol (H0) : tidak ada hubungan yang positif antara kualitas Madrasah Aliyah YASTI dengan dibukanya SMK YASTI.
Jawaban hipotesisnya yaitu H0 : tidak ada hubungan yang positif antara kualitas Madrasah Aliyah YASTI dengan dibukanya SMK YASTI.
Alasannya : karena ternyata kualitas Madrasah Aliyah YASTI tetap tinggi dibandingkan SMK YASTI. Hal ini disebabkan karena adanya semangat persaingan yang sehat dan baik antara MA YASTI dengan SMK YASTI.

6. Yang menjadi sumber data dalam penelitian no. 1 diantaranya :
a. Kepala sekolah MA dan SMK. Karena kepala sekolah lebih mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat adanya persaingan dari kedua sekolah tersebut.
b. Siswa. Dalam hal ini, siswa merupakan faktor yang paling penting atau faktor utama. Karena siswalah yang menentukan pilihan untuk memilih kemanakah ia akan melanjutkan sekolahnya.
c. Masyarakat (Orang tua). Karena orang tua merupakan faktor pendukung untuk anaknya. Dalam hal ini, orang tua mendukung keinginan anaknya untuk memilih sekolah, tetapi sekaligus mengarahkan dan menentukan pilihan sekolah untuk anaknya.

7. Instrument adalah alat untuk memperoleh data, yang pada hakikatnya adalah untuk mengukur variabel penelitian. Instrument penelitian yang biasa digunakan adalah kuesioner/angket, wawancara, dokumentasi observasi dan lain-lain. Jumlah instrument yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
Jadi, untuk menentukan instrumentnya adalah dengan melihat dahulu berapa variabel yang ada dalam penelitian no.1. saya menggunakan 2 varabel, yaitu variabel X (tentang dibukanya SMK) dan variabel Y (tentang minat). Karena terdapat 2 variabel, maka instrument yang digunakan ada 2 pula. Tetapi, yang akan digunakan dalam penelitian ini hanya satu instrument yaitu instrument wawancara. Jadi, kedua variabel diatas (X dan Y) hanya menggunakan instrument wawancara.

Kisi-kisi instrument wawancara:
a. Untuk Kepala Sekolah Madrasah Aliyah
- Apakah ada dampak positif yang ditimbulkan dari dibukanya SMK YASTI?
- Apakah ada dampak negatif yang ditimbulkan dari dibukanya SMK YASTI?
- Apakah ada persaingan yang sehat dalam meningkatkan kualitas sekolah Madrasah Aliyah dengan sekolah SMK?
- Bagaimana persaingan yang sehat menurut Kepala Sekolah antara SMK YASTI dengan MA YASTI dalam pengelolaan belajarnya?
- Bagaimana jumlah siswa untuk tahun ini?
- Apakah ada penambahan yang tinggi dalam jumlah siswa tahun ini?
- Apakah ada penurunan yang drastis dalam jumlah siswa tahun ini?
- Bagaimana dengan kualitas pembelajaran yang dihasilkan dari sekolah Madrasah Aliyah ini?
- Jika kualitas bertambah baik, maka faktor apa saja yang mendukung untuk mempertahankan kualitas yang telah ada?
- Jika kualitas semakin menurun, maka faktor apa yang membuat kualitas sekolah Madrasah Aliyah ini menurun?
- Apakah bapak sudah mempersiapkan planning untuk lebih meningkatkan kualitas sekolah Madrasah Aliyah YASTI ini?
- Apa saja planning-planing yang akan ditempuh dalam meningkatkan kualitas sekolah Madrasah Aliyah YASTI ini?
- Apa pendapat bapak mengenai sekolah SMK?
- Menurut anda, apakah minat orang tua dan siswa untuk bersekolah di Madrasah Aliyah masih banyak atau bahkan menurun?

b. Untuk siswa SMP/MTs
- Apa perbedaan antara sekolah Madrasah Aliyah dengan SMK?
- Menurut kalian, bagaimana kualitas sekolah Madrasah Aliyah YASTI?
- Menurut kalian, bagaimana kualitas sekolah SMK YASTI?
- Diantara Madrasah Aliyah dengan sekolah SMK, manakah yang bisa diandalkan untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa yang akan datang?
- Bagaimana pengetahuan keagamaan yang ada di Madrasah Aliyah?
- Bagaimana pengetahuan keagamaan yang ada di SMK?
- Menurut anda, potensi apa yang dihasilkan siswa yang bersekolah di Madrasah Aliyah?
- Menurut anda, potensi apa yang dihasilkan siswa yang bersekolah di SMK?
- Apakah anda berminat untuk masuk ke sekolah Madrasah Aliyah? Alasannya!
- Apakah anda berminat untuk masuk ke SMK? Alasannya!
c. Untuk masyarakat (orang tua)
- Apa perbedaan antara sekolah Madrasah Aliyah dengan SMK?
- Menurut pandangan ibu/bapak, sekolah mana yang baik untuk siswa lulusan SMP/MTs?
- Menurut ibu/bapak, manakah sekolah yang bisa diharapkan untuk kemajuan bangsa Indonesia di masa depan?
- Bagaimana pengetahuan keagamaan yang ada di Madrasah Aliyah?
- Bagaimana pengetahuan keagamaan yang ada di SMK?
- Apakah ibu/bapak berminat untuk menyekolahkan anaknya di Madrasah Aliyah? Alasannya!
- Apakah ibu/bapak berminat untuk menyekolahkan anaknya di SMK? Alasannya!

8. Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian no.1 ini, saya akan menggunakan metode survei dan metode wawancara.
Dengan metode survei, maka kita dapat melihat atau meninjau secara langsung ke tempat penelitian, sehingga kita dapat langsung mengetahui bagaimana situasi dan kondisi di tempat penelitian tersebut. Metode survei ini dapat dilakukan pada saat Pendaftaran Peserta Didik Baru (P2DB). Sehingga dalam melakukan survei tersebut kita juga bisa langsung mengadakan wawancara, karena dalam situasi tersebut ada yang dapat dijadikan sumber data, diantaranya Kepala Sekolah, siswa dan orang tua. Setelah kita meminta izin kepada Kepala Sekolah untuk mengadakan survei di sekolah MA YASTI dan SMK YASTI, maka dapat sekaligus beserta wawancaranya kepada siswa dan orang tua selain kepada kepala sekolah.
Tetapi, kita juga bisa mengadakan survei ke tempat-tempat yang berbeda. Misalnya, kita mengadakan survei untuk sekolah dan siswa di YASTI, tetapi survei untuk orang tua dilakukan di lingkungan masyarakat sekitar. Sehingga, kita dapat membandingkan, antar minat orang tua dan siswa yang akan memilih sekolah.

Indikatornya:
1. Kepala sekolah dapat mengemukakan dengan jelas mengapa pemerintah lebih menganjurkan bersekolah di SMK daripada di Madrasah Aliyah.
2. Kepala sekolah Madrasah Aliyah dapat menanggulangi penurunan jumlah siswa yang mendaftar di MA YASTI.
3. Kepala sekolah MA dapat memaksimalkan segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan dalam Madrasah Aliyah YASTI untuk mempertahankan kualitas MA.
4. Siswa dapat memilih sekolah yang baik kualitasnya, untuk kemajuannya nanti.
5. Siswa dapat menampilkan keahliannya melalui sekolah di SMK.
6. Siswa dapat membandingkan antara sekolah Madrasah Aliyah dengan SMK.
7. Siswa dapat menjelaskan sekolah mana yang mampu menjadikan bangsa Indonesia ini maju.

Sabtu, 08 Mei 2010

METODE PENGUMPULAN DATA

A. Pengumpulan data ini Proses pengumpulan data

Sebelum seorang peneliti memasuki tahap pengumpulan data, maka aka nada proses pengumpulan data dahulu. Dalam proses ini sangat penting untuk dilakukan atau diketahui, karena terdapat data dan informasi yang dibutuhkan dalam metode pengumpulan data nanti. Data dan informasi harus dibedakan. Informasi merupakan sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data. Data yang sudah ada dikemas dan diolah sedemikian rupa menjadi sebuah informasi yang berguna. Sedangkan data ialah merupakan suatu objek kejadian atau fakta yang terdokumentasikan dengan memiliki kodifikasi terstruktur untuk suatu atau beberapa entitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa informasi dibangun dari data.
bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian. karena jawaban tadi memerlukan pengujian secara empiris, maka proses pengumpulan data ini sangat dibutuhkan. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis. Dan data yang dikumpulkan dari setiap variabel ditentukan oleh definisi operasional variabel yang bersangkutan. Definisi operasional ini di dalamnya terdapat dua hal yang pentinng yang berhubungan dengan pengumpulan data. Dua hal tersebut. Yaitu: indicator empiris dan pengukuran. Indicator empiris menunjuk pada apa yang diamati dari variabel yang bersangkutan, sedangkan pengukuran menunjuk pada kualitasyang diamati. Karena peneliti sering menghadapi objek yang berbeda-beda sehingga akan terjadi variasi dalam pengukuran. Menurut Prof. Dr. Sutrisno Hadi, M.A. terdapat 5 sumber variasi pada pengukuran, yaitu:

1. adanya perbedaan dalam objek-objek yang diukur;
2. adanya perbedaan situasi pada saat pengukuran dilakukan;
3. adanya perbedaan alat pengukuran yang digunakan;
4. adanya perbedaan penyelenggaraan atau administrasinya;
5. adanya perbedaan pembacaan dan atau penilaian hasil pengukuran.
Selain faktor-faktor diatas terdapat juga masalah yang harus diperhatikan, yaitu masalah validitas dan realibilitas. Menurut Nan Lin bahwa pada umunya proses pengumpulan data itu terdiri dari 8 tahap, antara lain:
1. Tinjauan literatur dan konsultasi dengan ahli.
2. Mempelajari dan melakukan pendekatan terhadap kelompok masyarakat di mana data akan dikumpulkan.
3. Membina dan memanfaatkan hubungan yang baik dengan responden dan lingkungannya.
4. Mengadakan uji coba atau pilot study dengan menggunakan instrument penelitian.
5. Merumuskan dan menyusun pertanyaan.
6. Mencatat dan memberi kode (recording dan coding).
7. Cross checking, validitas dan reabilitas.
8. Pengorganisasian dank ode ulang data yang telah dikumpulkan supaya dapat dianalisis.

B. Metode Pengumpulan Data
Metode dan instrumen yang sering diartikan sama, padahal berbeda. Metode dan instrumen ini berkenaan dengan cara bagaimana memperoleh data yang diperlukan. Metode lebih menekankan pada strategi, proses dan pendekatan dalam memilih jenis karakteristik serta dimensi ruang dan waktu dari data yang diperlukan. Sedangkan instrumen menekankan kepada alat atau cara untuk menjaring data yang dibutuhkan.
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian, harus dilakukan dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya. Terdapat 5 metode yang sering digunakan oleh seorang peneliti, yaitu wawancara, pengamatan (observasi), kuesioner (angket), documenter dan survey. Metode yang dipilih untuk setiap variabel tergantung pada berbagai faktor terutama jenis data dan cirri responden. Metode pengumpulan data ini tergantung pada karakteristik data variabel, maka metode yang digunakan tidak selalu sama, untuk di setiap variabelnya. Dalam satu variabel dapat menggunakan dua metode atau lebih, hal ini disebabkan karena yang pertama adalah metode utama dan yang lainnya untuk control silang. Jika satu metode dipandang mencukupi, maka metode lain tidak perlu digunakan dan tidak efisien. Dalam metode pengumpulan data ini terdapat jenis sumber data. Jenis sumber data ialah pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer, sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber sekunder.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan, dan data yang dikumpulkan haruslah data yang benar. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengumpulan data, yang akan dibahas di bawah ini.
1. pengamatan (Observasi)
Pengamatan atau observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung kepada objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dimana kegiatan ini dilakukan dengan mencatat informasi yang dilihat, selain melihat juga bisa mendengarkan dan merasakan yang kemudian dicatat seobyektif mungkin. Dalam pengamatan atau observasi ini terdapat peranan yang ada dalam pengamatan atau observasi, yang didasarkan pada hubungan partisipatifnya dengan kelompok yang diamatinya, yaitu:
a. partisipan penuh. Artinya, menyamakan diri dengan orang yang diteliti.
b. Partisipan sebagai pengamat. Artinya, pada masing-masing pengamat dan yang diamati menyadari peranannya.
c. Penngamatan sebagai partisipan. Artinya, peneliti hanya berpartisipasi sepanjang yang dibutuhkan dalam penelitiannya.
d. Pengamat sempurna (complete observer). Artinya, peneliti hanya menjadi pengamat tanpa partisipasi dengan yang diamati.
Terdapat proses yang dilakukan dalam pengamatan ini, antara lain:
a. Persiapan termasuk latihan (training).
b. Memasuki lingkungan penelitian.
c. Memulai interaksi.
d. Pengamatan dan pencatatan.
e. Menyelesaikan tugas lapangan.

2. Survei
Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan instrumen untuk meminta tanggapan dari responden tentang sampel. Cirri-ciri dari metode ini antara lain:
a. Dipakai pada sampel yang mewakili populasi, khususnya probabilistic sampling.
b. Tanggapan (respons) didapatkan secara langsung dari responden.
c. Penggunaan survei melibatkan banyak responden, dan mencakup area yang lebih luas dibandingkan dengan metode lainnya.
d. Survei dilaksanakan dalam situasi alamiah.
Pada dasarnya survei terdiri atas wawancara dan kuesioner. Keuntungan wawancara terletak pada fleksibilitasnya dan tingkat ketergantungan pada responden.



3. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden. Wawancara juga merupakan suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, responden, pedoman wawancara dan situasi wawancara.
Pewawancara adalah petugas pengumpuk informasi yang diharapkan dapat menyampaikan pertanyaan dengan jelas dan merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan dan mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengan benar. Responden adalah pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Situasi wawancara ialah berhubungan dengan waktu dan tempat wawancara.
Wawancara yang berdasarkan sifat pertanyaan, maka dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: wawancara terpimpin, wawancara bebas dan wawancara bebas terpimpin. Dan dari bentuk pertanyaannya dibagi menjadi tiga bentuk lagi, yaitu: wawancara berstruktur, wawancara tak berstruktur dan campuran.

4. Kuesioner (Angket)
Kuesioner (angket) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang yang bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna. Kuesioner atau angket hanya berbeda dalam bentuknya. Pada kuesioner, pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat tanya. Sedangkan pada angket, pertanyaan disusun dalam kalimat pertanyaan dengan opsi jawaban yang telah tersedia. Tujuan dari penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: angket terbuka (angket tidak berstruktur) dan angket tertutup (angket berstruktur).

5. Dokumenter
Dokumenter adalah catatan tertulis tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lalu. Semua dokumen yang berhubungan dengan penelitian yang bersangkutan perlu dicatat sebagai sumber informasi.


C. Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mencapatkan informasi daris responden atau disebut juga alat untuk memperoleh data. Instrumen pengumpulan data ialah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Pada hakikatnya instrumen sebagai alat pengumpul data maksudnya untuk mengukur variabel penelitian. Selanjutnya instrumen yang diartikan sebagai alat bantu merupakan saran yang dapat diwujudkan dalam benda, contohnya: angket, daftar cocok (check list), skala, pedoman wawancara (interview guide atau interview schedule), lembar pengamatan dan sebagainya. Agar instrumen ini dapat berfungsi secara efektif, maka syarat validitas dan reabilitasnya harus diperhatikan dengan benar.
Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Jumlah instrumen yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Apabila variabel penelitiannya ada tiga, maka jumlah instrumen yang akan digunakan juga tiga. Instrumen penelitian ada yang dibuat oleh peneliti, dan ada juga yang telah dibakukan oleh para ahli, karena instrumen penelitian ini akan digunakan untuk melakukan pengukuran yang bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang tepat dan akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala yang jelas. Pada umumnya, bentuk instrumen penelitian itu terbagi menjadi tiga, yaitu: halaman judul, halaman pengantar dan halaman isi.

Senin, 05 April 2010

DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain dalam perencanaan penelitian bertujuan untuk melaksanakan penelitian, sehingga dapat diperoleh suatu logika, baik dalam pengujian hipotesis maupun dalam membuat kesimpulan. Desain rencana penelitian yang baik akan dapat menterjemahkan model-model ilmiah, ke dalam operasional penelitian secara praktis. Sedangkan desain pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukurn-pengukuran variabel, memilih prosedur dan teknik sampling, alat-alat untuk mengumpulkan data kemudian membuat coding, editing dan memproses data yang dikumpulkan termasuk proses analisa data serta membuat laporan.
Desain penelitian merupakan cetak biru yang menentukan pelaksanaan selanjutnya. Penyusunan desain ini dilakukan setelah kita menetapkan topic (judul) penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam desain penelitian terdapat pertanyaan tentang apa, mengapa dan bagaimana masalah tersebut diteliti dengan menggunakan prinsip-prinsip metodologis. Pada umumnya suatu penelitian mengandung dua aspek yang saling berhubungan dan merupakan persyaratan untuk suatu penelitian. Kedua aspek tersebut, yaitu:
 Substansi Penelitian
Dalam suatu penelitian harus ada masalah yang menunjukkan substansi dari masalah yang akan diteliti. Biasanya substansi ini mengacu pada teori tertentu yang berada dalam lingkup suatu ilmu pengetahuan. Suatu penelitian harus memiliki signifikansi teoritis dan signifikansi praktis.
 Metodologi Penelitian
Penelitian terhadap substansi itu harus memenuhi persyaratan metoologi penelitian sebagai suatu proses yang sistematis, terkendalai, kritis dan analitis. Dalam dua syarat desain penelitian tadi pada umumnya dapat dibagi dalam dua pokok, yaitu konseptualisasi masalah dan operasionalisasi. Kedua aspek tersebut disusun sebagai berikut:
• Latar Belakang Penelitian
• Tujuan dan Hipotesis
• Kerangkan Dasar Penelitian
• Penarikan Sampel
• Metode Pengumpulan Data
• Analisis Data
Susunan dari kedua pokok diatas akan diuraikan penjelasannya di bawah ini.

A. Latar Belakang Penelitian
Latar belakang penelitian merupakan pondasi dari seluruh proses penelitian karena semua konsep dasar dapat dijelaskan pada bagian ini. Latar belakang penelitian disebut juga judul pendahuluan. Oleh sebab itu, terdapat 3 bagian penting yang harus diketahui, yaitu: Pertama, dasar-dasar pemikiran tentang pentingnya masalah yang akan diteliti dengan melalui dua cara, yaitu: secara teoritis dan secara empiris. Kedua, perumusan masalah. Pada bagian ini, yaitu untuk mengungkapkan kesenjangan-kesenjangan yang ada dan usaha-usaha yang pernah dilakukan untuk menanggulanginya. Dan yang ketiga atau terakhir adalah mengungkapkan pentingnya (signifikansi) penelitian yang akan dilakukan.
Latar belakang penelitian ini disajikan mengenai keadaan atau fakta aktual yang menarik perhatian untuk diteliti sehingga dari uraian fakta-fakta aktual yang terjadi bisa dilihat permasalahannya secara jelas. Fakta-fakta yang ditampilkan sebaiknya mewakili komunitas atau kelompok populasi yang akan diteliti untuk lebih menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Jadi, dalam belakang penelitian ini, seorang peneliti harus melakukan analisis masalah, sehingga permasalahan menjadi jelas. Melalui analisis masalah tersebut, peneliti harus dapat menunjukkan dan membuktikan adanya penyimpangan dan menuliskan mengapa masalah itu diteliti.
B. Tujuan dan Hipotesis
Bertitik tolak dari latar belakang penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara eksplisit tujuan yang akan dikehendaki akan tercapai. Tujuan penelitian ini adalah jawaban terhadap pertanyaan dasar penelitian telah diungkapakan dalam latar belakang desain penelitian. Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan atas hasil penelitian dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang hendak ditemukan dalam penelitian, terutama yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Oleh sebab itu, tujuan penelitian harus relevan dan konsisten dengan identifikasi masalah, rumusan masalah dan mencerminkan proses penelitiannya.
Tujuan penelitian ini terjadi atas tujuan umum dan tujuan khusus. Dalam hal ini tujuan penelitian tidak sama dengan tujuan yang ada pada sampul isi laporan, yang merupakan tujuan formal, tetapi tujuan ini berkaitan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan ini berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Tujuan penelitian tersebut akan dipertajam dengan menyusunnya dalam bentuk hipotesis. Sehingga hipotesis tersebut disebut dengan jawaban tentatif terhadap pertanyaan penelitian. Dan rumusan masalah serta tujuan penelitian ini akan ditemukan jawabannya pada kesimpulan penelitian.

C. Kerangka Dasar Penelitian
Dalam kerangka dasar penelitian ini diungkapkan semua variabel yang akan diteliti rumusan operasionalnya, yang dilengkapi dengan indikator empiris dan pengukurannya. Kemudian semua variabel tersebut disusun dalam suatu kerangka hipotesis yang memperlihatkan pola hubungan antar variabel yang sama dengan variabel yang lain. Dari masing-masing variabel ini disusun definisi operasionalnya, karena definisi ini menuntun peneliti pada pengumpulan data yang relevan dan valid. Semua variabel yang telah didefinisikan itu berada dalam suatu kerangka hipotesis sesuai dengan tipe penelitian yang ingin kita lakukan. Kerangka dasar untuk hipotesis dengan bivariate berbeda dengan kerangka dasar untuk hipotesis dengan multivariate.

D. Penarikan Sampel
Susunan berikutnya dalam desain penelitian ini adalah penarikan sampel, yaitu perencanaan tentang bagaimana sampel ditarik. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi pernyataan diatas merupakan pendapat dari Sugiyono (1997:57).
Sampel merupakan bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Oleh sebab itu, sampel harus refresentatif. Selain itu, harus mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling dan karakteristik populasi dalam sampel.
Dalam hal ini, terlebih dahulu harus dilakukan dengan digambarkan besar, batas-batas dan ciri-ciri penelitian. Besarnya dinyatakan dalam jumlah anggota (satuan analisis) yang tercakup dalam populasi itu. Kemudian digambarkan juga seberapa besar sampel yang akan ditarik, dan bagaimana cara menariknya. Dalam cara penarikan sampel ini dilakukan dengan dua macam teknik, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.

E. Metode Pengumpulan Data
Pada bagian ini menunjukkan bagaimana data dari masing-masing variabel yang telah disebutkan sebelumnya dikumpulkan dari jampel penelitian. Diantara berbagai metode yang ada dipilih yang sesuai sehingga akan mendapatkan data yang valid dan dapat dipercaya. Metode tersebut antara lain: wawancara, kuesioner, angket, observasi dan documenter. Dan untuk setiap variabel dapat digunakan dua atau lebih metode, salah satunya adalah metode yang diutamakan dan yang lainnya dipakai untuk mengontrol atau melengkapi metode utama. Sebaiknya untuk mendapatkan data yang lengkap dan objektif harus menggunakan berbagai teknik sangat diperlukan. Jika satu teknik dipandang mencakupi, maka teknik lain tidak perlu digunakan dan tidak efisien. Begitu pula sebaliknya, jika satu teknik dipandang belum mencukupi, maka peneliti harus menggunakan teknik-teknik yang lain.

F. Analisis Data
Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, data yang akan dikumpulkan harus dianalisis. Rancangan tentang analisis ini harus diungkapkan, supaya lebih sistematis maka harus dilakkukan melalui dua tahap. Tahap pertama disebut analisis pendahuluan dan tahap kedua disebut analisis lanjut. Analisis pendahuluan, terbatas pada analisis deskriptif untuk setiap variabel pada sampel. Tujuannya untuk mengetahui karakteristik setiap variabel pada sampel, dan menentukan alat analisis pada analisis lanjut. Sedangkan analisis lanjut bertujuan untuk menguji hipotesis. Bentuk hipotesis yang diajukan akan menentukan teknik statistik mana yang akan digunakan. Jadi, sejak membuat rancangan, maka teknik analisis data ini telah ditentukan.

Kamis, 01 April 2010

PENARIKAN SAMPEL

Dalam tahap metodologi penelitian selanjutnya adalah tahap populasi dan penarikan sampel. Tahap populasi dan penarikan sampel ini dilakukan setelah melakukan hipotesis. Telah dijelaskan bahwa hipotesis harus diuji dahulu dalam kenyataan empiris dengan mengumpulkan data yang relavan dengan variabel-variabel yang disebut dalam hipotesis. Untuk mendapatkan hipotesis itu baik atau tidak atau juga benar atau tidak maka kita harus mengetahui dimana data tersebut diperoleh dan bagaimana cara untuk mendapatkannya.
Polusi dan sampel penelitian merupakan sumber data, artinya bahwa sifat-sifat dan karakteristik dari sebuah kelompok subjek, gejala atau objek. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan ( kesimpulan data sampel untuk populasi ) maka sampel yang digunakan sebgaai sumber data harus representative dapat dilakukan dengan cara mengambil dari populasi secara ramdom sampai jumlah tertentu.
Ada beberapa ahli yang berpendapat tentang pengertian dari populasi, diantaranya :
1. Sugiono berpendapat bahwa : “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang akan menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” ( Prof. Dr. H. buchari Alma, 2009 : 54 )
2. Nazir mengatakan bahwa : “populasi adalah berkenaan dengan data bukan orang atau bendanya.”
3. Nawawi mengemukakan pendapat bahwa : “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpilan objek yang lengkap.”
4. Ridwan mengatakan bahwa : “populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian.”
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa: “populasi merupakan objek atau subjek yang bearada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian” ada dua jenis populasi, yaitu:
1. Populasi terbatas adalah mempunyai sumber data yang jelas batasnya secara kuantitatif sehingga dapat dihitung jumlahnya. Contoh: “ jumlah guru SMA di Kota Sukabumi 4000 orang.

2. Populasi tak terbatas adalah sumber datanya tidak dapat ditentukan batasan-batasannya, sehingga relative tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh: suatu percobaan seorang bandar akan melemparkan sepasang dadu sampai tak terhingga kali lemparan, maka setiap kali mencatat sepasang bilangan yang muncul akan mendapatkan sepasang nilai yang tak terhingga pula.

Populasi tidak terbatas luasnya, bahkan ada yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan besarannya sehingga tidak mungkin diteliti. Oleh karena itu, perlu dipilih sebagian saja asal memiliki sifat-sifat yang sama dengan populasinya. Proses menarik sebagian subjek, gejala atau objek yang ada pada populasi disebut sampel.
Menurut Arikunto (2009:11) bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Sedangkan Sugiyono mengartikan bahwa: “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dari kedua ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses, dan tidak semua orag atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang akan mewakilinya”. Dalam hal ini sampel harus representatif.

Kata lain dari sampel adalah “contoh”. Sedangkan pengambilan sampel dari suatu populasi disebut penarikan sampel atau sampling. Populasi yang ditarik sampelnya pada waktu merencanakan suatu penelitian disebut target population, sedangkan populasi yang akan diteliti pada waktu melakukan penelitian disebut sampling population. Masalah yang akan dihadapi dalam penarikan sampel ini adalah pada penarikan sampel dan ukuran besar sampel. Hal ini sangat tergantung pada sifat populasi, terutama pada ketersebaran anggota dalam wilayah penelitian atau dalam kategori-kategori tertentu atau juga tergantung pada variasi populasi.
Sampel dapat ditentukan berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrument penelitian di samping pertimbangan waktu, tenaga dan pembiayaan. Agar diperoleh sampel yang refresentatif, harus diupayakan agar setiap subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur sampel. Semakin tinggi atau besar variasi dari populasi, maka makin besar sampel yang dibutuhkan. Penarikan sampel ini, terdapat dua macam teknik yang sering atau umumnya dilakukan, yaitu: probability sampling dan nonprobability sampling. Mengenai besarnya sampel tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti, karena sahnya sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati populasi atau tidak, bukan pada besar atau banyaknya. Minimal sampel sebanyak 30 subjek. Hal ini didasarkan atas perhitungan atau syarat pengujian yang lazim digunakan dalam statistic. Telah dikatakan sebelumnay bahwa dalam penarikan sampel, pada umumnya menggunakan dua cara, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Dua teknik penarikan sampel ini akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Yang tergolong dalam teknik probability sampling ini ada 4 golongan, diantaranya:


A. Simple Random Sampling (Sampel Acak)
Simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap sejenis, atau disebut homogen. Contohnya: “Jumlah siswa yang mendapatkan beasiswa di Kota Sukabumi. Simple random sampling ini bisa dilakukan melalui undian, table bilangan random atau dengan acak sistematis.

B. Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling ini apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Proportionate stratified random sampling ini dilakukan dengan cara membuat lapisan-lapisan (strata), kemudian dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek secara acak. Jumlah subjek dari setiap lapisan (strata) adalah sampel penelitian.

C. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate stratified random sampling adalah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata tetap, sebagian ada yang kurang proporsional pembagiannya, dilakukan sampli ini apabila anggota populasi heterogen (tidak sejenis).

D. Area Sampling (Kluster Sampling)
Area sampling atau kluster sampling adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil dari setiap wilayah geografis yang ada. Cluster Samples disebut juga sampel kelompok dan bukan individu.

2. Non-Probability Sampling
Nonprobability sampling ialah teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluan) pada setiap anggota populasi untuk dijadikan anggota sampel. Yang termasuk dalam nonprobability sampling terbagi dalam 6 golongan, antara lain:
A. Sampling Sistematis
Sampling sistematis ialah pengambilan sampel didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu, ruang dengan urutan yang seragam. Contohnya: “Para pelanggan listrik nama-namanya sudah terdaftar dalam Bagian Pembayaran Listrik berdasarkan lokasinya. Untuk pengambilan sampel tentang para pelanggan listrik, secara sistematis dapat diambil melalui rayon pembayaran listrik.

B. Sampling Kuota
Sampling kuota ialah teknik penentuan sampel dari populasi yang mempunyai cirri-ciri tertentu sampai jumlah (jatah) yang dikehendaki atau sampel yan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti. Caranya dengan menetapkan jumlah besar sampel yang diperlukan, kemudian menetapkan jumlah (jatah yang diinginkan), maka jatah itulah yang akan dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan.

C. Sampling Aksidental
Sampling Aksidental ialah teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristik (ciri-cirinya), maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).

D. Purposive Sampling
Purposive sampling dikenal juga dengan sampling pertimbangan. Purposive sampling ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbanngan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. oleh karena itu, sampling ini cocok untuk studi kasus yang mana aspek dari kasus tunggal yang representatif diamati dan dianalisis.

E. Sampling Jenuh
Sampling jenuh ialah teknik pengambilan sampel apabila semua populasi digunakan sebagai sampel dan dikenal juga dengan istilah sensus. Sampling jenuh ini akan dilakukan apabila populasinya kurang dari 30 orang.

F. Snowball Sampling
Snowball sampling yaitu teknik sampling yang semula berjumlah kecil kemudian anggota sampel (responden) mengajak para temannya untuk dijadikan sampel dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin membenngkak jumlahnya. Seperti bola salju yang sedang menggelinding semakin jauh semakin membesar. Penelitian yang cocok menggunakan sampling ini biasanya menggunakan metode penelitian kualitatif.





Ada beberapa keuntungan dalam menggunakan sampel diantaranya:
1. Memudahkan peneliti untuk jumlah sampel lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan populasi dan apabila populasinya terlalu besar ditakutkan akan terlewati.
2. Penelitian lebih efisien (dalam arti penghematan uang, waktu dan biaya)
3. Lebih teliti dan cermat dalam mengumpulkan data, artinya jika subjeknya banyak dikhawatirkan adanya bahaya bias dari orang yang mengumpulkan data, karena sering dialami oleh staf bagian pengumpul data yang mengalami kelelahan sehingga pencatatan data tidak akurat.
4. Penelitian lebih efektif, jika penelitian bersifat destruktif (merusak) yang menggunakan spesemen akan hemat dan bisa dijangkau tanpa merusak semua bahan yang ada serta bisa digunakan untuk menjaring populasi yang jumlanya banyak. Sedangkan besar kecilnya sampel yang diambil akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Senin, 22 Maret 2010

HIPOTESIS

Hipotesis termasuk ke dalam salah satu langkah-langkah penelitian, karena dalam tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu pada tingkat tertentu dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Hipotesis dalam penelitian banyak memberikan manfaat, baik dalam hal proses dan langkah penelitian maupun dalam memberikan penjelasan suatu gejala yang diteliti. Pada hakikatnya hipotesis merupakan sebuah jawaban sementara atau dugaan, dan sudah pasti jawaban tersebut belum tentu benar, dan karenanya perlu dibuktikan atau diuji kebenarannya.

A. Pengertian Hipotesis
Telah dikatakan sebelumnya, bahwa tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui sesuatu yang pada tingkat tertentu yang dapat dipercaya sebagai sesuatu yang benar. Hal ini bertitik tolak dari pertanyaan yang disusun dalam bentuk masalah penelitian, dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut disusun dengan menggunakan jawaban sementara yang kemudian dibuktikan melalui penelitian empiris. Oleh sebab itu, hipotesis merupakan bagian dari langkah-langkah penelitian. Biasanya hipotesis ini diajukan setelah merumuskan masalah. Hal ini dapat dikatakan cukup rasional sebab hipotesis pada hakikatnya adalah jawaban sementara atau dugaan jawaban dari masalah. Dengan kata lain, jawaban tersebut belum merupakan jawaban yang pasti atau jawaban yang benar, oleh sebab itu diperlukan dengan pembuktian atau diuji kebenarannya.
Hipotesis berasal dari kata hypo = sebelum atau bawah dan thesis = pernyataan atau pendapat. Dapat diartikan bahwa hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis juga berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum meyakinkan. Dan kebenaran tersebut perlu diuji atau dibuktikan. Dalam hal pembuktian atau pengujian ini dilakukan melalui bukti-bukti secara empiris, yaitu melalui data-data atau fakta-fakta di lapangan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa hipotesis membutuhkan dukungan berupa data atau fakta yang empiris, hal ini dilakukan karena sifat dari hipotesis ini sementara. Hipotesis dinyatakan ditolak atau diterima. Selain itu hipotesis harus dibuat dalam setiap penelitian yang bersifat analitis. Untuk penelitian yang bersifat deskriptif, dimaksudkan untuk mendeskripsikan masalah yang diteliti, hipotesis tidak perlu dibuat, sebab tidak pada tempatnya.
Dalam melakukan penelitian, langkah hipotesis ini banyak memberikan manfaat, baik dalam hal proses dan langkah penelitian maupun dalam memberikan penjelasan suatu gejala yang diteliti. Telah dikatakan bahwa hipotesis memberikan manfaat dalam hal proses dan langkah penelitian terutama dalam menentukan proses pengumpulan data seperti metode penelitian, instrument yang harus digunakan, sampel atau sumber data, dan teknik analisis data. Sedangkan manfaat hipotesis dalam hal penjelasan gejala yang diteliti dapat dilihat dari pernyataan hubungan variabel-variabel penelitian. selain kedua manfaat di atas, terdapat juga manfaat lain dari hipotesis, yaitu memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan penelitian, yakni menarik pernyataan-pernyatan hipotesis yang telah diuji kebenarannya. Dengan demikian akan mempermudah peneliti untuk menangkap makna kesimpulan penelitian. Menurut Ary Donald, bahwa fungsi hipotesis ada empat, antara lain :
1. Memberikan penjelasan tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Mengemukakan pernyataan tentang hubungan dua konsep yang secara langsung dapat diuji dalam penelitian.
3. Member arah pada penelitian.
4. Member kerangka pada penyusunan kesimpulan penelitian.
Ada beberapa faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam penyusunan hipotesis, dan fungsi-fungsi di atas dapat berjalan secara efektif, apabila faktor-faktor tersebut diperhatikan dan dilakukan secara benar. Faktor-faktor tersebut, terdiri dari :
1. Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Artinya bahwa kalimat itu bersifat positif dan tidak normatif. Istilah-istilah seperti seharusnya atau sebaiknya tidak terdapat dalam kalimat hipotesis.
2. Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3. Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-variabel.

Hipotesis terbagi dalam tiga macam, yaitu :
1. Hipotesis Deskriptif yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan menghubungkan dengan variabel lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk menentukan titik peluang, hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab permasalahan taksiran (estimatif). Contohnya: “Tindakan Kepala Sekolah dalam penegakan disiplin di SMP Negeri 16 Kota Sukabumi paling tinggi 40% dari nilai ideal.
2. Hipotesis komparatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat membedakan. Misalnya: “Ada perbedaan siswa yang mempunyai cita-cita (program) dengan siswa yang hanya sekedar sekolah dalam rangka Mendisiplinkan diri pada SMP Negeri di Kota Sukabumi, bahwa siswa yang mempunyai cita-cita (program) lebih baik daripada siswa yang hanya sekedar sekolah.
3. Hipotesis asosiatif yaitu dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan. Misalnya: “Ada hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca pemahaman dan berpikir logis dengan kemampuan menulis eksposisi di Kota Sukabumi.

Dari sifat hubungan ini hipotesis penelitian terbagi dalam tiga jenis, yaitu :
1. Hipotesis hubungan simetris, ialah hipotesis yang menyatakan hubungan yang bersifat kebersamaan antara dua variabel atau lebih, tetapi tidak menunjukkan sebab akibat.
2. Hipotesis hubungan sebab akibat (kausal) ialah hipotesis yang menyatakan hubungan bersifat mempengaruhi antara dua variabel atau lebih.
3. Hipotesis hubungan interaktif ialah hipotesis hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Hipotesis sebagai jawaban sementara atau dugaan jawaban dari pertanyaan penelitian, tidak asal dalam menduga-duga. Jawaban sementara tersebut harus mendekati kebenaran, artinya harus menggunakan logika berpikir rasional atau berpikir deduktif, bisa pula dari hasil berpikir empiris atau berpikir induktif. Penelitian terhadap hipotesis yang diangkat dari pengamatan empiris sering menunjukkan kebenaran sehingga pemecahan masalahnya mendekati kebenaran. Namun hipotesis yang diangkat dari hasil pengamatan ini hasilnya kurang memiliki daya penjelas dan terbatas sehingga generalisasinya kurang dapat diandalkan, sekalipun kegunaannya mempunyai nilai praktis.


B. Menyusun Hipotesis
Hipotesis dapat disusun melalui dua pendekatan, yang pertama secara deduktif dan yang kedua secara induktif. Penyusunan hipotesis secara deduktif ditarik dari teori. Suatu teori yang terdiri atas proposisi-proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan hubungan antara dua konsep. Proposisi ini merupakan postulat-postulat yang dari padanya disusun hipotesis. Penyusunan hipotesis secara induktif bertolak dari pengamatan empiris.
Pada model Wallace tentang proses penelitian ilmiah dalam Bab II “Penelitian Sebagai Proses Ilmiah” telah dijelaskan penjabaran hipotesis dari teori dengan metode deduksi logis. Teori terdiri atas seperangkat proposisi, sedangkan proposisi menunjukkan hubungan di antara dua konsep. Misalnya, teori A terdiri atas proposisi-proposisi X-Y, Y-Z, dan X-Z. dari ketiga proposisi itu dipilih proposisi yang diminari dan relevan dengan peristiwa pengamatan, misalnya proposisi X-Y. bertitik tolak dari proposisi itu diturunkan hipotesis secara deduksi. Konsep-konsep yang terdapat dalam proposisi diturunkan dalam pengamatan menjadi variabel-variabel.
Dan telah dikatakan sebelumnya bahwa hipotesis dapat juga disusun secara induktif. Dari pengalaman kita di masa lampau, kita mengetahui bahwa kecelakaan-kecelakaan kendaraan bermotor di jalan raya kebanyakan disebabkan oleh supir yang menjalankan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Bertolak dari pengalaman ini kita menyusun hipotesis: Ada hubungan positif antara kecepatan laju kendaraan dengan kecelakaan lalu lintas.
Sehubungan dengan penyusunan hipotesis ini, Debold B. Van Dallen mengemukakan postulat-postulat yang diturunkan dari dua jenis asumsi, yaitu postulat-postulat berdasarkan asumsi proses psikologis. Postulat-postulat yang bersumber dari kenyataan-kenyataan alam adalah :
1. Postulat Jenis (Natural Kinds)
Dalam postulat ini menunjukkan bahwa adanya kemiripan antara obyek-obyek individual tertentu yang memungkinkan mereka untuk dikempokkan ke dalam satu kelas tertentu.
2. Postulat Keajekan (Constancy)
Di ala mini ada hal-hal yang menurut pengamatan kita selalu berulang-ulang dengan pola yang sama.
3. Postulat Determinisme
Suatu kejadian tidak secara kebetulan, tetapi ada penyebabnya. Misalnya, seperti gunung meletus bukanlah suatu kebetulan, tetapi merupakan akibat dari suatu proses geologis yang bekerja di dalam bumi. Ada postulat sebab akibat yang menyatakan bahwa suatu peristiwa terjadi karena sesuatu atau beberapa sebab. Postulat ini dipakai untuk menyusun suatu hipotesis untuk menerangkan peristiwa tertentu.

C. Kerangka Hipotesis
Variabel secara sederhana dapat diartikan cirri dari individu, objek , gejala, peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Variabel dalam penelitian dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat atau variabel independen dan variabel dependen.
Jumlah variabel yang tercakup dalam suatu hipotesis dan bentuk hubungan di antara variabel-variabel itu sangat menentukan alat uji hipotesis. Hipotesis yang hanya terdiri atas satu variabel akan diuji dengan univariate analysis. Dan ada juga yang mencakup dua variabel, yang akan diuji melalui bivariate analysis. Salah satu variabel pada hipotesis dengan bivariate analysis itu berfungsi sebagai variabel yang dijelaskan atau variabel tidak bebas, dan yang satunya berfungsi sebagai vaiabel yang menerangkan atau variabel bebas. Satu variabel dapat dijelaskan oleh seperangkat variabel bebas secara bivariate. Bisa dikatakan bahwa variabel terikat menjadi tolok ukur atau indicator keberhasilan variabel bebas. Misalnya: “ Motivasi dapat ditempatkan sebagai variabel bebas apabila akan dilihat intensitasnya dalam hal produktifitas.

D. Model Relasi
Hubungan variabel dengan variabel dalam hipotesis mempunyai model yang berbeda-beda. Pengertian hubungan di sini tidak sama dengan pengertian hubungan dalam pembicaraan sehari-hari. Hubungan di sini diartikan sebagai relasi, yaitu himpunan dengan elemen yang terdiri dari pasangan urut. Himpunan yang demikian dibentuk dari dua himpunan yang berbeda. Hubungan variabel-variabel pada hipotesis dapat digolongkan dalam 3 model, yaitu:
1. Model Kontingensi;
2. Model Asosiatif;
3. Model Fungsional

Ketiga model ini akan berkembang lagi menjadi 10 jika dihubungkan dengan skala pengukuran sebagai berikut:
Skala Pengukuran Variabel Model
Kontingensi Asosiatif Fungsional
Nominal V
Ordinal V V
Interval V V V
Ratio V V V

1. Model Kontingensi
Hubungan dengan model kontingensi dinyatakan dalam bentuk table silang. Misalnya hubungan di antara variabel “agama” dan variabel “partai politik” pada pemilu 1997. Yang kita inginkan ialah mengetahui hubungan antara agama dan politik pada 500 orang pemilih pada tahun 1997 di daerah tertentu. variabel “partai politik” dengan tiga kategori (PPP, GOLKAR, dan PDI) adalah variabel nominal. Dan variabel “agama” dengan lima kategori (Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha) disebut juga kategori nominal. Dengan menyilangkan kedua variabel, maka didapat 3x5 =15 kontingen dalam hubungan itu. Isi masing-masing kontingen dapat juga dibuat dalam bentuk persentase atau proporsi. Model kontingensi ini mempunyai bentuk umum: b x k (baris x kolom). Table 3x2 misalnya adalah table yang terdiri atas 3 baris dan 2 kolom.
2. Model Asosiatif
Model ini terdapat di antara dua variabel yang sama-sama ordinal, atau sama-sama interval, atau sama-sama ratio, atau juga salah satu dari ordinal atau interval. Variabel-variabel ini mempunyai pola monoton linier. Artinya, perubahan dari variabel yang bersangkutan bergerak naik terus tanpa turun kembali, atau sebaliknya turun terus tanpa naik kembali. Hubungan kedua variabel tersebut disebut dengan hubungan kovariasional, artinya berubah bersama. jika variabel x berubah menjadi makin naik, maka variabel y juga berubah makin naik atau makin turun. Jika kedua variabel berubah ke arah yang sama, maka hubungan itu disebut hubungan positif. Tetapi, jika kedua variabel itu berubah pada arah yang berlawanan, maka hubungan itu disebut hubungan negatif.
Hubungan asosiatif atau koveriasional atau hubungan kolerasi bukanlah hubungan sebab akibat, tetapi hanya menunjukkan bahwa keduanya sama-sama berubah.
3. Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah antara suatu variabel yang berfungsi di dalam variabel lain. Misalnya hubungan antara “obat” dan “penyakit”. Obat disebut dengan fungsional jika ia bisa menyembuhkan penyakit. Berbeda dengan hubungan asosiatif di mana kedua variabel berdampingan satu dengan yang lain, pada hubungan fungsional variabel yang satu (independent) berfungsi di dalam variabel yang lain (dependent), sehingga variabel dependent itu mengalami perubahan.
Hubungan fungsional adalah hubungan korelasional, tetapi hubungna korelasional belum tentu hubungan fungsional. Jika hubungan kolerasi itu cukup tinggi (erat), maka dapat diduga bahwa ada hubungan fungsional di antara kedua variabel.

E. Hipotesis Nol
Pembuktian hipotesis dilakukan dengan mengumpulkan data yang relevan dengan variabel-variabel yang bersangkutan. Pada saat menggunakan pengujian statistik, maka harus menggunakan dua macam hipotesis yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nihil atau nol. Hipotesis nihil atau nol dengan simbol (Ho) inilah sebenarnya yang diuji secara statistic dan merupakan pernyataan tentang parameter yang bertentangan dengan keyakinan peneliti, (Ho) sementara waktu dipertahankan benar-benar hingga pengujian statistik mendapatkan bukti yang menentang atau mendukungnya. Apabila dari pengujian statistic diperoleh keputusan yang mendukung atau setuju dengan (Ho) maka dapat dikatakan bahwa (Ho) diterima. Sebaliknya, jika diperoleh keputusan yang membelot atau bertentangan dengan keputusan (Ho), maka dapat diambil tindakan bahwa (Ho) ditolak.

F. Jenis Pengujian Hipotesis
Jenis pengujian hipotesis yang dikenal dengan peneliti ada dua yaitu hipotesis direksional (hipotesis langsung) dan hipotesis non direksional (hipotesis tidak langsung). Hal ini dapat terlihat dalam uraian sebagai berikut:
1. Hipotesis Direksional adalah rumusna hipotesis yang arahnya sudah jelas atau disebut juga hipotesis langsung. Sedangkan pengujian hipotesis direksional terdiri dari dua yaitu uji pihak kiri dan uji pihak kanan.
2. Hipotesis Non Direksional (hipotesis tidak langsung) adalah hipotesis yang tidak menunjukkan arah tertentu.
Dalam merumuskan hipotesis hendaklah mempertimbangkan hal-hal sebagai baerikut:
1. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih
2. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.
3. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat
4. Hipotesis hendaklah dapat diuji, artinya hendaklah orang mungkin mengumpulkan data menguji kebenaran hipotesis itu
Apabila kita memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal di atas, maka kita akan mengetahui apakah hipotesis itu baik atau tidak. Kita akan mengtahui hipotesis tersebut baik apabila mempunyai cirri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis mempunyai kekuatan untuk menjelaskan suatu gejala. Kekuatan menjelaskan suatu gejala mengandung pengertian bahwa hipotesis tersebut variable-variabelnya menyatakan hubungan rasional sehingga mampu memberikan penjelasan terhadap pemecahan masalah penelitian.
2. Variable dalam hipotesis dinyatakan dalam kondisi tertentu.
3. Hipotesis harus dapat diuji. Dapat tidaknya suatu hipotesis dilakukan dengan pengujian, tergantung pada variabelnya.
4. Hipotesis tidak bertentangan dengan toeri yang sudah mapan.terlepas dari apakah teori yang sudah diuji kebenarannya cocok atau tiak dengan kondisi tertentu di lapangan, hipotesis harus tetap berpegang kepada teori yang telah mapan atau yang kebenarannya telah diterima secara universal.
Dalam penelitian bagaimanapun baiknya hipotesis, bisa saja tidak terbukti kebenarannya. Artinya data yang diverifikasi secara empiris tidak menunjukkan bukti-bukti yang kuat untuk menerima hipotesis penelitian.

Senin, 08 Maret 2010

KONSEPTUALISASI MASALAH PENELITIAN

Telah dikatakan sebelumnya bahwa untuk melakukan penelitian itu berawal dari sebuah masalah yang harus dicari jalan keluarnya, masalah tersebut membutuhkan sebuah penelitian untuk menemukan jawabannya. Tetapi, jawaban sebuah masalah yang ada harus berdasarkan fakta yang ada, kemudian penelitian tersebut dilakukan secara logis dan empiris. Adanya jawaban dari sebuah masalah didapatkan melalui penelitian dengan langkah-langkah tertentu. langkah-langkah penelitian tersebut antara lain :
> Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
> Penelaahan kepustakaan
> Penyusunan hipotesis
> Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
> Pemilihan atau pengembangan alat-alat pengambilan data
> Penyusunan rancangan penelitian
> Penentuan sampel
> Pengumpulan data
> Pemecahan dan analisis data
> Interpretasi hasil analisis
> Penyusunan laporan
Langkah-langkah penelitian di atas harus dilakukan secara berurutan atau runtut, agar mudah dalam memecahkan masalahnya. Karena apabila terdapat kesalahan dalam salah satu langka-langkah penelitian di atas, maka dapat mudah dilihat langkah apa yang harus diperbaiki dan apa penyebab kesalahan tersebut.
Dalam pembahasan kali ini, saya akan menjelaskan tentang identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah. Kemudian identifikasi, klasifikasi dan definisian operasional variabel-variabel dan terakhir akan dijelaskan tentang skala pengukuran. Langkah-langkah ini termasuk kedalam konseptualisasi masalah penelitian. Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan. Proses ini berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep.

A. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah.
Masalah yaitu terjadinya kesenjangan (gap) antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan).
Identifikasi masalah biasanya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah juga variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi ini dapat diangkat dari sejumlah masalah yang saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Proses merumuskan permasalahan-permasalahan ini akan memudahkan proses selanjutnya, selain itu juga memudahkan pembaca untuk memahami hasil penelitian, yang kemudian permasalahan yang muncul dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tanpa ada tanda tanya. Tetapi, proses identifikasi ini akan mudah dilakukan apabila dalam latar belakang penelitian penjelasannya telah dikemukakan dengan lengkap dan jelas.
Dalam proses ini harus dituliskan berbagai masalah yang ada pada objek yang akan diteliti, dan harus dikemukakan secara jelas termasuk juga objek yang tidak akan diteliti. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik maka peneliti harus melakukan studi pendahuluan pada objek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat diungkapkan. Apabila semua permasalahan tersebut telah diketahui, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti, maka masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variabel. Jadi, identifikasi masalah harus dapat menggambarkan permasalahan yang ada dalam topik atau judul penelitian. pertanyaan-pertanyaan yang ada pada identifikasi masalah harus dijawab pada bagian penelitian dan pembahasan. Identifikasi masalah yang diajukan tidak harus dibatasi dengan ketentuan jumlah variabel yang dilibatkan dalam penelitian, artinya jika variabel yang dilibatkan dalam penelitian ada dua variabel bebas atau satu variabel terikat, maka jumlah pernyataan masalahnya tidak harus ada tiga, tetapi pernyatan permasalahan bisa juga satu variabel apabila pernyataan tersebut memuat seluruh permasalahan yang akan diteliti. Dalam identifikasi masalah juga dapat menunjukkan alat analisis apa yang akan dipakai serta kedalaman dan keluasan penelitian itu. Identifikasi masalah ini didapatkan melalui beberapa sumber diantaranya :
1. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
2. Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah
3. Pernyataan pemegang otoritas
4. Pengamatan selintas
5. Pengalaman pribadi
6. Perasaan intuitif
Sumber-sumber diatas dapat membantu kita dalam menentukan identifikasi masalah, selain itu banyak pengetahuan baru yang akan didapatkan dari sumber-sumber diatas.
Setelah identifikasi masalah di atas telah dilakukan, maka langkah selanjutnya ialah pemilihan masalah. Dalam pemilihan masalah ini, ada dua pertimbangan yang harus dilakukan dalam memilih suatu permasalahan, yaitu :
1. Pertimbangan mengenai arah masalahnya. Artinya menggunakan pertimbangan akan sumbangan yang diberikan kepada : pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya dan juga pemecahan masalah-masalah praktis.
2. Pertimbangan mengenai arah calon peneliti. Artinya, berapa biaya yang harus dikelurkan, kemudian waktu yang dapat digunakan serta alat-alat dan perlengkapan yang tersedia. Selain itu, dalam penguasaan metode yang diperlukan dalam melakukan penelitian.
Pertimbangan-pertimbangan di atas harus benar-benar di pikirkan terlebih dahulu, supaya dalam pengerjaannya nanti tidak menghambat penelitian. Setelah pertimbangan-pertimbangan itu telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah.
Merumuskan masalah ini merupakan sebuah pekerjaan yang sulit bagi setiap peneliti. Tetapi, apabila kita mempunyai pengetahuan yang luas mengenai toeri-teori dan hasil-hasil penelitian para ahli terdahulu dalam bidang-bidang yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Untuk mempermudah proses ini, maka rumusan masalah dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat bertanya setelah didahului uraian tentang masalah penelitian, variabel-variabel yang diteliti dan kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Rumusan masalah ini merupakan salah satu langkah dari konseptualisasi masalah penelitian. telah disebutkan sebelumnya, bahwa konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan. Proses ini berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep bersifat abstrak, sedangkan gejala bersifat konkret.

Konsep berada dalam bidang teoritis (logika), sedangkan gejala berada dalam dunia empiris (factual). Memberikan pada konsep gejala itulah yang disebut dengan konseptualisasi. Menurut Babbie bahwa konsep sebagai proses dengan mana kita member nama yang khusus secara tepat yang menggambarkan apa yang kita maksudkan atau the process trough which we specify precisely what we mean when we use particular terms. Proses ini diawali dengan mengungkapkan permasalahn penelitian, latar belakangnya, perumusannya dan signifikansinya. Karena masalah itu penting untuk diteliti baik segi akademisnya maupun segi praktisnya. Artinya, dari segi kepentingan akademis, bahwa suatu penelitian bisa mengukuhkan teori yang ada dan dapat juga menyangkalnya juga merevisinya. Sedangkan dari segi kepentingan praktisnya berhubungan dengan pentinya penelitian itu dalam mengembangkan program atau pekerjaan tertentu. suatu masalah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek empiris dan aspek logis atau rasional. Karena masalah itu adalah terjadinya kesenjangan (gap) antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan), maka dalam suatu peristiwa bisa disebut sebagai masalah jika terdapat kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya, antara kenyataan yang ada dan apa yang diharapkan.

Oleh sebab itu, masalah dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, terdiri atas :
1. Masalah filosofis
2. Masalah kebijakan, dan
3. Masalah ilmiah.
Masalah filosofis artinya, bahwa jika gejala-gejala empirisnya tidak sesuai dengan pandangan hidup yang ada dalam masyarakat. Untuk masalah kebijakan, artinya bahwa perilaku-perilakku atau kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh si pembuat kebijakan. Sedangkan masalah yang tergolong kategori masalah ilmiah adalah kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan teori ilmu pengetahuan.
Masalah social menandakan diri pada conflict issue yang dapat ditangkap dari peristiwa-peristiwa yang ada dalam masyarakat. Isu-isu tersebut dapat ditangkap melalui pengamatan langsung atau dari media lainnya termasuk dari pokok-pokok pembicaraan yang berkembang dalam masyarakat. Yang harus kita sadari bahwa dari suatu isu yang pragmatis dapat ditarik berbagai masalah, hal ini tergantung dari sudut manakah masalah tersebut dilihat. Dari perangkat proposisi yang ada dalam teori tersebut kita memilih yang sesuai dengan isu dan yang cukup menarik minat itu. Pada gambar berikut ini dapat dilihat bagaimana merumuskan masalah dari isu yang ada dengan mempertemukan gejala-gejala factual dengan teori.
Untuk merumuskan masalah perlu diperhatikan dua pertanyaan pokok yang membantu memperjelas masalah. Pertanyaan pertama ialah tentang mengapa masalah itu penting. Dalam jawabannya harus mengungkapkan dahulu latar belakang permasalahannya. Melalui sumber-sumber yang relevan juga harus mencoba berbagai penelitian yang pernah dilakukan menyangkut masalah tersebut. Dari percobaan tersebut, kita dapat mengungkapkan signifikansi atau pentingnya penelitian yang akan dilakukan.
Sedangkan pertanyaan kedua adalah apa masalahnya. Untuk menjawab pertanyaan ini, harus dilakukan penjajakan di sekitar lokasi penellitian, yang hasilnya kan mengungkapkan gejala-gejala khusus dari setiap individu yang bermasalah. Dengan menggunakan metode induksi, maka kita dapat merumuskan konsep yang merupakan fokus penelitian kita. Selanjutnya dengan konsep tersebut kita merumuskan masalah penelitian secara eksplisit.
Dengan kata lain, bahwa cara merumuskan masalah penelitian ialah dengan :
1. Dirumuskan dengan kalimat tanya.
2. Rumusan tersebut hendaklah padat dan jelas.
3. Member petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan itu.

B. Identifikasi, Klasifikasi dan Variabel
Telah disebutkan sebelumnya bahwa konseptualisasi adalah proses member konsep pada gejala-gejala yang dipermasalahkan. Konsep bersifat abstrak, tetapi menunjuk pada objek-objek tertentu yang konkret. Objek konkret tersebut bersifast individual, yang berbeda satu dengan yang lain. Sifat dari objek-objek yang berbeda-beda itu adalah :
1. Mempunyai ciri umum yang sama, yang membuat mirip satu sama lain, sehingga semuanya dapat dijadikan satu definisi.
2. Setiap objek berbeda, masing-masing mempunyai cirri tersendiri yang membedakannya dengan objek lain.dari perbedaan-perbedaan itulah timbul objek-objek yang bervariasi, sebab itu disebut dengan variabel.
3. Perbedaan-perbedaan pada setiap objek terletak pada ukuran masing-masing, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
Dari salah satu sifat di atas, ada yang disebut variabel. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa / gejala yang akan diteliti. Suatu konsep dapat disebut variabel jika ia menampakkan variasi pada objek-objek yang ditunjuknya. Jadi, konsep bukanlah variabel jika tidak tampak variasi pada objek-objek itu.
Variabel diklasifikasikan menjadi 2, yaitu berdasarkan fungsinya dan berdasarkan proses kuantifikasinya. Variabel yang berdasarkan fungsinya terbagi dalam 5 golongan, terdiri atas :
1. Variabel nominal yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas proses penggolongan sifat: deskrit dan saling pilah (mutually exclusive) antara kategori satu dengan yang lain
2. Variabel ordinal yaitu variabel yang disusun atas jenjang dalam atribut
3. Variabel internal yaitu variabel dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
4. Variabel rasio yaitu variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak.
Sedangkan variabel yang berdasarkan proses kuantifikasinya terdiri dari :
1. Variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain
2. Variabel bebas
3. Variabel moderator
4. Variabel kendali
5. Variabel rambang yaitu variabel yang diabaikan pengaruhnya
Variabel secara sederhana juga diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa, yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif. Dan hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Tetapi dalam penelitian variabel yang sering digunakan dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel perlakkuan atau sengaja dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnyaterhadap variabel terikat. Sedangka variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas atau respons dari variabel bebas.

C. Skala Pengukuran
Selain bisa diamati, sifat kedua dari indikator empiris adalah dapat diukur pada skala tertentu. pengukuran itu bertujuan untuk membedakan yang satu dengan yang lain. Contohnya, apabila dalam penelitian yang satu lebih besar atau lebih kecil daripada yang lain. Dalam proses pengukuran ini, harus menggunakan alat atau instrument untuk memudahkan dalam dalam pengukuran. Alat ukur atau instrument yang dipakai harus konsisten sehingga hasilnya dapat dipercaya, kemudian alat ukur tersebut harus valid agar mendapatkan hasil yang benar-benar dipercaya.
Instrument penelitian adalah alat untuk memperoleh data. Alat yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Instrument ini juga digunakan sebagai alat pengumpul data yang pada hakikatnya adalah mengukur variabel penelitian. sedangkan pengukuran adalah suatu proses pemberian angka pada setiap objek dalam skala tertentu. Ada empat hasil skala pengukuran, yaitu skala nominal atau penggolongan, skala ordinal atau penggolongan dan urutan, skala interval atau memiliki sifat penggolongan, urutan dan jarak, dan terakhir skala rasio atau memiliki sifat penggolongan, urutan, jarak dan rasio/nisbah. Skala pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Pengukuran terhadap suatu variabel berarti pemberian abgka-angka untuk memperoleh ciro pokok variabel yang diukur. Setiap angka memiliki corak urutan, jarak dan asal yaitu angka nol. Keempat hasil skla tersebut memiliki ciri yang sama dalam hal corak urutan, tetapi berbeda dalam hal jarak asal. Hal ini dapat dilihat dalam gambar berikut :
Tanpa titik nol Memiliki titik nol
Tidak ada jarak Skala ordinal
Skala nominal Skala ordinal
dengan titik nol
Ada jarak Skala interval Skala rasio

Skala pengukuran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Skala Nominal
Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana, yang disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan sebuah karateristik dengan karakteristik lainnya. Skala nominal ini hanya mengkategorikan objek atau individu ke dalam data kualitatif, bukan data kuantitatif. Ada beberapa ciri-ciri dari skala nominal antara lain : hasil perhitungan dan tidak dijumpai bilangna pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baru, dan juga tidak mempunyai nol mutlak. Dan tes yang digunakan adalah tes non parametrik. Biasanya agka nominal hanya bisa diolah dengan cara meleporkan jumlah hasil pengamatan dari setiap kategori, misalnya menghitung beraoa banyak angka 2 (menyatakan putih) dari objek yang diteliti.


2. Skala Ordinal
Skala ordinal ialah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Analisis statistik yang digunakan ialah statistik non parametrik. Skala ordinal ini menunjuk pada pengertian posisi relatif individu atau objek yang diteliti.
3. Skala Interval
Skala interval ialah skala yang memberi atau mempunyai jarak yang sama dari satu titik asal yang tetap. Dalam skala interval, sifat nominal dan sifat ordinal berada di dalamnya. Hubungan, urutan serta jarak antara angka-angka dalam skala interval mempunyai arti tersendiri. Dan penggunaan skala interval bisa lebih luas, sebab angka dalam skala interval bisa diolah secara matematis seperti jumlah, tambah, kurang, bagi, kali dan sebagainya.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Pengukuran dengan menggunakan alat ukur baku seperti cm untuk mengukur panjang dan tinggi, kemudian ons untuk berat akan menghasilkan skala rasio. Seluruh prosedur dan analisis matematika dan statistika dapat digunakan dalam mengolah data skala rasio.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa skala rasio adalah skala yang paling tinggi, disusul dengan skala interval, kemudian skala ordinal dan yang terakhir skala nominal. Oleh karena itu, skala rasio dapat diubah pada skala interval, skala interval dapat diubah pada skala ordinal, dan skala ordinal dapat diubah pada skala nominal. Tetapi pada umumnya, skala nominal tidak bisa diubah pada skala ordinal, skala ordinal tidak bisa diubah pada skala interval dan skala interval tidak bisa diubah pada skala rasio.

Senin, 01 Maret 2010

PENELITIAN SEBAGAI PROSES ILMIAH

A. Dua Pilar Ilmu Pengetahuan
Penelitian adalah suatu penyelidikan atau suatu usaha pengujian yang dilakukan secara teliti, dan kritis dalam mencari fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan menggunakan langkah-langkah tertentu. Dalam mencari fakta-fakta ini diperlukan usaha yang sistematis untuk menemukan jawaban ilmiah terhadap suatu masalah. Dari kata mencari fakta-fakta dan menggunakan langkah-langkah tertentu inilah kita dapat mengetahui dengan jelas bahwa untuk melakukan sebuah penelitian harus melalui proses ilmiah. Karena dalam penelitian nanti kita akan menemukan masalah yang harus ditemukan jawaban kebenarannya dengan menggunakan metode ilmiah dan dilakukan dengan proses ilmiah pula. Masalah akan muncul apabila kita mempunyai keraguan tentang sesuatu dalam ilmu pengetahuan, keraguan itu merupakan sebuah masalah. Masalah tersebut dapat dikembangkan, serta di uji ilmu pengetahuannya berdasarkan atas prinsip-prinsip, teori-teori yang disusun secara sistematis melalui proses yang intensif dalam pengembangan generalisasi, dalam prosesnya pun menggunakan metode ilmiah yang lebih mementingkan aplikasi berpikir deduktif-induktif di dalam memecahkan suatu masalah
Untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian ilmiah harus menggunakan ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan ini merupakan bagian yang sangat penting dalam menemukan jawabannya, begitu juga selama proses penelitiannya. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa ilmu pengetahuan merupakan tanda seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang sama dan saling keterkaitan secara logis. Ilmu pengetahuan ini sangat penting, karena apabila tidak ada ilmu pengetahuan maka manusia tidak dapat menemukan suatu jawaban dari sebuah pertanyaan yang kebenarannya harus diungkap. Peranan ilmu pengetahuan penting bagi manusia, karena manusia tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya tentu saja ini sangat buruk sekali, mengapa? karena setiap manusia tidak dapat berkembang tanpa masalah, tanpa ilmu manusia tidak dapat melakukan penelitian-penelitian yang dapat menghasilkan suasana baru bagi khazanah ilmu di Dunia.
Dalam penelitian, pada hakikatnya merupakan sebuah proses “bertanya” kemudian “menjawab”. Proses tanya jawab tersebut dilakukan secara deduksi dan induksi, sistematis , terkendali, empiris, dan kritis. Untuk mendapatkan jawaban juga dapat menjelaskan dari sebuah masalah-masalah yang ada, maka harus melalui proses penelitian yang mampu memberikan penjelasan terhadap peristiwa-peristiwa empiris yang dipertanyakan. Masalah-masalah ini berhubsungan dengan ilmu yang ada dalam dunia abstrak. Tetapi, jika menyusun suatu teori yang sifatnya abstrak, maka teori itu harus berhubungan dengan realita di mana teori itu digunakan. Dengan kata lain, teori itu harus disusun secara logis, rasional dan juga harus aktual. Seperti yang telah dinyatakan oleh Babbie, yaitu : “Science is sometimes characterized as logico-empirical. This ugly term carries an important massage: to pillars of science are (1) logic or rationality an (2) the observation of empirical facts”. Menurut Babbie, bahwa ilmu pengetahuan terdiri atas dua pilar yaitu logis atau rasional dan empiris. Kedua pilar ilmu pengetahuan ini saling berhubungan, karena jika berhadapan dengan teori ilmu pengetahuan, maka akan memikirkan antisipasi pada kenyataan-kenyataan empiris di lapangan. Begitu juga sebaliknya, apabila berhadapan dengan peristiwa-peristiwa factual yang ada dalam dunia empiris, maka selain memikirkan masalah-masalah praktis, tetapi akan mengarah pada teori-teori yang pernah kita pelajari. Karena cara berpikir manusia kebanyakan adalah teoritis-induktif, maka cara berpikir seperti itu akan menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara teori dan peristiwa-peristiwa empiris. Teori dengan cara berpikir deduktif mengarah pada kenyataan empiris, dan kenyataan empiris dengan cara berpikir induktif akan mengarah pada teori. Hubungan timbal balik antara teori dan praktek, antara berpikir deduksi dan induksi, tidak boleh terputus tetapi harus selalu dikembangkan. Dengan adanya penelitian, maka akan ada proses berpikir deduktif dan berpikir induktif, yang kedua saling berhubungan.
B. Tahap-tahap dalam Proses Penelitian
Dalam proses penelitian cara berpikir deduksi dan cara berpikir induksi dilakukan secara sistematis, ketat, analitis dan terkendali. Tahap-tahap tersebut harus dilakukan secara runtut, agar mudah dalam mengerjakannya. Selain itu, karena tahap-tahap yang sebelumnya merupakan syarat bagi tahap tersebut. Konsep-konsep yang merupakan sasaran penelitian diuraikan secara operasional atas indikator-indikator empiris. Dengan indikator-indikator tersebut, konsep yang abstrak itu terhubungkan dengan kenyataan-kenyataan empiris. Penelitian selalu dikendalikan oleh hipotesis-hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan dalam proses penelitian itu antara lain :
1. Konseptualisasi Masalah
Sesuai dengan cirri ilmu yang demikian, maka proses penelitian ilmiah diawali dengan merumuskan pertanyaan penelitian atau apa yang disebut konseptualisasi masalah. Ada dua hal yang berhubungan dengan konseptualisasi ini, yaitu masalah (substansi) yang dipetanyakan dan pertanyaan dasar serta cara menjawab pertanyaan itu (metodologi). Tahap ini merupakan tahap awal, yang menentukan untuk melanjutkan pada tahap-tahap berikutnya. Jika terdapat kekeliruan pada tahap ini, maka seluruh tahap berikutnya akan mengalami kekeliruan. Oleh karena itu, tahap ini harus dilakukan dengan teliti.
2. Tujuan dan Hipotesis
Pada waktu kita mengajukan pertanyaan penelitian, maka sebenarnya pada waktu situ juga jawabannya sudah ada dalam pikiran kita. Jawaban tersebut memang masih diragukan, namun dapat dipakai sebagai jawaban sementara yang mengarahkan kita untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Pernyataan yang dirumuskan sebagai jawaban (sementara) terhadap pertanyaan itu disebut hipotesisi penelitian. Oleh karena itu, tahap selanjutnya setelah konseptualisasi masalah adalah perumusan tujuan dan hipotesis. Tujuan dan hipotesis inilah yang mengendalikan semua kegiatan penelitian.
3. Kerangka Dasar Penelitian
Masalah-masalah yang dihadapi oleh peneliti memerlukan suatu penjelasan yang disusun dalam kerangka teoritis tertentu. Dalam tahap kerangka dasar penelitian ini menggunakan konsep-konsep yang saling berhubungan untuk membentuk beberapa proposisi. Hubungan-hubungan yang telah terbentuk tersebut akan membentuk beberapa proposisi. Kemudian disusun dalam kerangka dasar, sehingga akan memperoleh penjelasan secara teoritis terhadap masalah penelitian. Konsep-konsep yang disusun dalam kerangka dasar penelitian itu adalah konsep-konsep yang tercakup dalam hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Karena itu, kerangka dasar tersebut disebut juga kerangka hipotesis. Dengan dirumuskannya secara operasional konsep-konsep dalam kerangka hipotesis itu, maka diperoleh kejelasan tentang data apa yang akan dikumpulkan untuk membuktikan hipotesis penelitian.
4. Penarikan Sampel
Arikunto (1998:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sedangkan Sugiyono (1997: 57) memberikan pengertian bahwa: “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Dari kedua pakar di atas dapat disimpulkan bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai cirri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Penarikan sampel dilakukan karena data dan informasi yang akan diproses tidak akan semuanya diambil atau diproses, selain itu tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya. Dalam tahap ini untuk penarikan sampelnya harus reprensentatif disamping itu peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling dan karakteristik populasi dalam sampel. Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrument penelitian, di samping waktu yang dibutuhkan, tenaga yang dikerahkan dan biaya yang dikeluarkan. Ada beberapa jenis sampel antara lain: (a) Sampel rambang (random sampling) : setiap populasi memiliki kesempatan yang sama menjadi sampel; (b) Sampel rumpun (cluster sampling) : secara kelompok sampel dipilih; (c) Sampel bertingkat (stratified sampling) : sampel rumpun yang telah ditentukan. (d) Sampel rambang proporsional (proportional random sampling); (e) sampel representatif : sampel yang paling mencerminkan populasi.
Penarikan sampel ini berguna untuk menguji hipotesis agar data yang dibutuhkan dapat dikumpulkan lebih lengkap. Dalam mengumpulkannya harus jelas tentang dari mana data tersebut dikumpulkan dan strategi apakah yang akan digunakan untuk mengumpulkan data tersebut. Tahap penarika sampel ini disebut juga perumusan populasi dan sampel penelitian. hasil dari proses penarikan sampel ini adalah suatu daftar responden sebagai sampel dari populasi penelitian.
5. Konstruksi Instrumen
Cara penarikan sampel adalah dengan mengumpulkan dahulu data yang telah ditetapkan, tetapi dalam proses pengumpulannya menggunakan metode pengumpulan data dan alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkannya. Alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data ini disebut konstruksi instrument. Dalam mengumpulkan data penelitian tersebut disusun menggunakan metode yang sesuai dan berhubungan dengan proses penelitian.
Instrument penelitian merupakan alat untuk memperoleh data. Alat ini harus dipilih sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Instrument disini sebagai alat pengumpul data yang pada hakikatnya adalah untuk mengukur variabel penelitian.
6. Pengumpulan Data
Merupakan proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Proses pengumpulan data ini dilakukan mengacu pada prosedur penggalian data yang telah dirumuskan dalam desain penelitian. Adapun data berdasarkan jenisnya dapat dibedakan atas data primer, data sekunder, data kuantitatif dan data kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan dalam rangka pembuktian hipotesis. Oleh karena itu harus ditentukan metode untuk pengumpulan data yang sesuai dengan setiap variable, supaya diperoleh informasi yang valid dan dapat dipercaya. Pengumpulan data dilakukan terhadap responden yang menjadi sampel penelitian.

7. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan masih berupa data mentah, sehingga perlu diolah supaya dapat dianalisis. Pengolahan ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu editing (penyuntingan), coding (pemberian kode), dan master sheet (table induk). Tahap editing (penyuntingan), yaitu tahap pengolahan data dengan cara memilih data-data apa saja yang sesuai dengan penelitian, data tersebut dipisahkan dan dikumpulkan. Setelah dikumpulkan masuk ke dalam tahap coding (pemberian kode) yaitu pengolahan data dengan memberikan kode atau tanda pada data-data penelitian, pemberian kode ini sangat berguna untuk memudahkan kita dalam penelitian, apabila kita lupa atau ada hal yang harus di edit kembali maka kita akan mudah mendapatkannya karena telah mengetahui kode yang telah ditetapkan. Dan terakhir pengolahan data dengan tahap master sheet (table induk). Yaitu tahap menyusun data-data yang telah diberikan kode untuk dimasukkan ke dalam table induk, ini juga dapat memudahkan kita dalam melihat kembali hasil dari pengolahan data yang telah selesai.
8. Analisis Pendahuluan
Dalam tahap pengujian hipotesis data yang telah diolah akan dianalisis dengan cara-cara tertentu. Analisis data tersebut menggunakan dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Analisis pendahuluan bersifat deskriptif dan terbatas pada data sampel. Dalam analisis pendahuluan ini ialah untuk mendeskripsikan setiap variabel pada sampel penelitian kemudian untuk menentukan alat analisis yang akan dipakai pada analisis selanjutnya.
9. Analisis Lanjut
Telah disebutkan di atas bahwa analisis data menggunakan dua tahap, yaitu analisis pendahuluan dan analisis lanjut. Setelah analisis pendahuluan kemudian masuk kedalam tahap berikutnya, yaitu analisis lanjut. Analisis ini disebut juga analisis inferensial yang lebih mengarah pada pengujian hipotesis. Alat-alat analisis yang dipakai untuk ini disesuaikan dengan hipotesis opersional yang telah dirumuskan sebelumnya. Jika hipotesis yang diuji tersebut hanya mencakup satu variabel, maka dipergunakan Uni Variate Analysis. Kalau hipotesisnya mencakup dua variabel, maka dipergunakan Bivariate Analysis. Dan jika hipotesis tersebut mencakup lebih dari dua variabel, maka dipergunakan Multivariate Analysis.
10. Interpretasi
Interpretasi adalah pengujian hasil penelitian. Hasil penelitian diuji kebenarannya. Jika hipotesis tidak terbukti dapat dicari kesalahannya melalui :
a. Landasan teori (kadaluarsa, kurang valid)
b. Sampel (tidak representatif)
c. Alat pengambilan data (tidak reliable dan valid)
d. Rancangan penelitian kurang tepat
e. Perhitungan yang salah
f. Variabel-variabel luaran (Extraneous Variables) terlalu besar.
Hasil analisa data kemudian diinterpretasikan sehingga data-data tersebut memberikan informasi yang bermanfaat bagi peneliti. Pada jenis penelitian eksplanatory, tahap interpretasi data adalah tahap mengkaitkan hubungan antara berbagai variabel penelitian dan untuk menjawab apakah hipotesa kerja diterima ataukah ditolak. Sedangkan pada penelitian deskriptif, interpretasi ini adalah untuk menjelaskan fenomena penelitian secara mendalam berdasarkan data dan informasi yang tersedia.

Biasanya proses penelitian ini disusun dengan menggunakan gambar yang terbagi dalam dua tingkat. Tingkat pertama dari tahap (a) sampai (f), tingkat ini berjalan dalam proses deduksi yang bercirikan diferensiasi. Sedangkan tingkat kedua dari tahap (f) sampai (a), tingkat ini berjalan dengan proses induksi yang bercirikan integrasi. Proses deduksi merupakan proses yang berjalan dari teori-teori dan konseep-konsep yang sangat abstrak menuju pada evidensi-evidensi empiris yang konkret dengan cirri diferensiasi. Sedangkan prose induksi, dimulai dari kenyataan-kenyataan konkret dengan seperangkat data sampai pada konsep-konsep yang abstrak melalui penyederhanaan-penyederhanaan dengan cirri integrasi.

C. Komponen Informasi dan Komponen Metodologi
Dalam penelitian harus melalui tahap-tahap proses penelitian secara runtut, sehingga data yang dihasilkan dapat diungkap kebenarannya. Sepuluh tahap-tahap di atas bersifat hasil temuan dan tahap yang bersifat cara atau proses menemukan. Menurut Wallace bahwa kedua jenis sifat dari tahap-tahap tersebut dibedakan menjadi dua macam komponen. Komponen yang pertama yaitu komponen informasi atau yang disebut dengan sifat hasil temuan. Sedangkan komponen kedua disebut komponen metodologi atau yang disebut juga dengan sifat cara menemukannya. Wallace mengemukakan bahwa komponen informasi terdiri atas 5 komponen dan komponen metodologi yang terdiri atas 6 komponen.
Lima komponen informasi tersebut antara lain :
1. Teori
2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap penelitian yang kebenarannya masih terus diuji secara empiris.
Pengertian hipotesis terbagi tiga, yaitu : (a) secara teknis, artinya bahwa hipotesis adalah pernyataan mengenai populasi yang akan diuji kebenarannya masih harus dijui secara empiris. (b) secara statistic, artinya bahwa pernyataan mengenai keadaan parameter yang akan diuji melalui statistic sampel. (c) secara emplisit, artinya bahwa hipotesis disebut juga prediksi. Selain itu hipotesis terbagi dua, yaitu hipotesis tentang hubungan atau korelasi dan hipotesis tentang perbedaan.
3. Pengamatan
Artinya bahwa informasi akan didapatkan melalui pengamatan terlebih dahulu, sehingga tidak semua data akan diambil tetapi data yang sesuai dengan penelitian.
4. Generalisasi Empiris
5. Penerimaan atau Penolakan Hipotesis
Artinya bahwa hipotesis yang di uji bisa diterima kebenarannya, tetapi bisa juga ditolak kebenarannya. Hal ini disebabkan apabila hipotesis tersebut ada kekurangan dalam pengumpulan data-datanya ataupun terdapat data yang tidak valid. Ini dapat dilihat melalui Landasan teori (kadaluarsa, kurang valid) ; Sampel (tidak representatif) ; Alat pengambilan data (tidak reliable dan valid) ; Rancangan penelitian kurang tepat ; Perhitungan yang salah. Hipotesis bukan jawaban final penelitian, akan tetapi merupakan jawaban sementara tentang hubungan antara gejala-gejala yang menjadi permasalahan dalam proses penelitian.
Sedangkan enam komponen metodologi menurut Wallace antara lain :
1. Deduksi logis.
2. Interpretasi hipotesis, instrumentasi, skala pengukuran, sampling.
3. Penyederhanaan (dengan statistik, estimasi parameter).
4. Pembentukan teori dan proposisi.
5. Pengujian hipotesis.
6. Inferensial logis.

Kita dapat melakukan penelitian dengan baik dan benar apabila kita dapat mengikuti langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam penelitian dengan runtut dan runut. Sehingga apabila terdapat kekeliruan atau kekurangan dapat dengan mudah diperbaiki karena tahap-tahap yang dilakukan telah berurutan.