Senin, 08 Maret 2010

KONSEPTUALISASI MASALAH PENELITIAN

Telah dikatakan sebelumnya bahwa untuk melakukan penelitian itu berawal dari sebuah masalah yang harus dicari jalan keluarnya, masalah tersebut membutuhkan sebuah penelitian untuk menemukan jawabannya. Tetapi, jawaban sebuah masalah yang ada harus berdasarkan fakta yang ada, kemudian penelitian tersebut dilakukan secara logis dan empiris. Adanya jawaban dari sebuah masalah didapatkan melalui penelitian dengan langkah-langkah tertentu. langkah-langkah penelitian tersebut antara lain :
> Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
> Penelaahan kepustakaan
> Penyusunan hipotesis
> Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
> Pemilihan atau pengembangan alat-alat pengambilan data
> Penyusunan rancangan penelitian
> Penentuan sampel
> Pengumpulan data
> Pemecahan dan analisis data
> Interpretasi hasil analisis
> Penyusunan laporan
Langkah-langkah penelitian di atas harus dilakukan secara berurutan atau runtut, agar mudah dalam memecahkan masalahnya. Karena apabila terdapat kesalahan dalam salah satu langka-langkah penelitian di atas, maka dapat mudah dilihat langkah apa yang harus diperbaiki dan apa penyebab kesalahan tersebut.
Dalam pembahasan kali ini, saya akan menjelaskan tentang identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah. Kemudian identifikasi, klasifikasi dan definisian operasional variabel-variabel dan terakhir akan dijelaskan tentang skala pengukuran. Langkah-langkah ini termasuk kedalam konseptualisasi masalah penelitian. Konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan. Proses ini berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep.

A. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah.
Masalah yaitu terjadinya kesenjangan (gap) antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan).
Identifikasi masalah biasanya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah juga variabel yang akan diteliti. Hasil identifikasi ini dapat diangkat dari sejumlah masalah yang saling keterkaitan satu dengan yang lainnya. Identifikasi masalah merupakan proses merumuskan permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Proses merumuskan permasalahan-permasalahan ini akan memudahkan proses selanjutnya, selain itu juga memudahkan pembaca untuk memahami hasil penelitian, yang kemudian permasalahan yang muncul dirumuskan dalam bentuk pertanyaan tanpa ada tanda tanya. Tetapi, proses identifikasi ini akan mudah dilakukan apabila dalam latar belakang penelitian penjelasannya telah dikemukakan dengan lengkap dan jelas.
Dalam proses ini harus dituliskan berbagai masalah yang ada pada objek yang akan diteliti, dan harus dikemukakan secara jelas termasuk juga objek yang tidak akan diteliti. Untuk dapat mengidentifikasi masalah dengan baik maka peneliti harus melakukan studi pendahuluan pada objek yang diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua permasalahan dapat diungkapkan. Apabila semua permasalahan tersebut telah diketahui, selanjutnya dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap masalah yang diteliti, maka masalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk variabel. Jadi, identifikasi masalah harus dapat menggambarkan permasalahan yang ada dalam topik atau judul penelitian. pertanyaan-pertanyaan yang ada pada identifikasi masalah harus dijawab pada bagian penelitian dan pembahasan. Identifikasi masalah yang diajukan tidak harus dibatasi dengan ketentuan jumlah variabel yang dilibatkan dalam penelitian, artinya jika variabel yang dilibatkan dalam penelitian ada dua variabel bebas atau satu variabel terikat, maka jumlah pernyataan masalahnya tidak harus ada tiga, tetapi pernyatan permasalahan bisa juga satu variabel apabila pernyataan tersebut memuat seluruh permasalahan yang akan diteliti. Dalam identifikasi masalah juga dapat menunjukkan alat analisis apa yang akan dipakai serta kedalaman dan keluasan penelitian itu. Identifikasi masalah ini didapatkan melalui beberapa sumber diantaranya :
1. Bacaan, terutama bacaan yang berisi laporan hasil penelitian
2. Seminar, diskusi, konferensi dan lain-lain pertemuan ilmiah
3. Pernyataan pemegang otoritas
4. Pengamatan selintas
5. Pengalaman pribadi
6. Perasaan intuitif
Sumber-sumber diatas dapat membantu kita dalam menentukan identifikasi masalah, selain itu banyak pengetahuan baru yang akan didapatkan dari sumber-sumber diatas.
Setelah identifikasi masalah di atas telah dilakukan, maka langkah selanjutnya ialah pemilihan masalah. Dalam pemilihan masalah ini, ada dua pertimbangan yang harus dilakukan dalam memilih suatu permasalahan, yaitu :
1. Pertimbangan mengenai arah masalahnya. Artinya menggunakan pertimbangan akan sumbangan yang diberikan kepada : pengembangan teori dalam bidang yang bersangkutan dengan dasar teoritis penelitiannya dan juga pemecahan masalah-masalah praktis.
2. Pertimbangan mengenai arah calon peneliti. Artinya, berapa biaya yang harus dikelurkan, kemudian waktu yang dapat digunakan serta alat-alat dan perlengkapan yang tersedia. Selain itu, dalam penguasaan metode yang diperlukan dalam melakukan penelitian.
Pertimbangan-pertimbangan di atas harus benar-benar di pikirkan terlebih dahulu, supaya dalam pengerjaannya nanti tidak menghambat penelitian. Setelah pertimbangan-pertimbangan itu telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah.
Merumuskan masalah ini merupakan sebuah pekerjaan yang sulit bagi setiap peneliti. Tetapi, apabila kita mempunyai pengetahuan yang luas mengenai toeri-teori dan hasil-hasil penelitian para ahli terdahulu dalam bidang-bidang yang terkait dengan masalah yang akan diteliti. Untuk mempermudah proses ini, maka rumusan masalah dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat bertanya setelah didahului uraian tentang masalah penelitian, variabel-variabel yang diteliti dan kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya. Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Rumusan masalah hendaknya disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat tanya. Rumusan masalah yang baik akan menampakkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antara variabel-variabel tersebut, dan subjek penelitian. Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris, dalam arti memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Rumusan masalah ini merupakan salah satu langkah dari konseptualisasi masalah penelitian. telah disebutkan sebelumnya, bahwa konseptualisasi adalah proses pembentukan konsep dengan bertitik tolak pada gejala-gejala pengamatan. Proses ini berjalan secara induktif, dengan mengamati sejumlah gejala secara individual, kemudian merumuskannya dalam bentuk konsep. Konsep bersifat abstrak, sedangkan gejala bersifat konkret.

Konsep berada dalam bidang teoritis (logika), sedangkan gejala berada dalam dunia empiris (factual). Memberikan pada konsep gejala itulah yang disebut dengan konseptualisasi. Menurut Babbie bahwa konsep sebagai proses dengan mana kita member nama yang khusus secara tepat yang menggambarkan apa yang kita maksudkan atau the process trough which we specify precisely what we mean when we use particular terms. Proses ini diawali dengan mengungkapkan permasalahn penelitian, latar belakangnya, perumusannya dan signifikansinya. Karena masalah itu penting untuk diteliti baik segi akademisnya maupun segi praktisnya. Artinya, dari segi kepentingan akademis, bahwa suatu penelitian bisa mengukuhkan teori yang ada dan dapat juga menyangkalnya juga merevisinya. Sedangkan dari segi kepentingan praktisnya berhubungan dengan pentinya penelitian itu dalam mengembangkan program atau pekerjaan tertentu. suatu masalah dapat dilihat dari dua aspek, yaitu aspek empiris dan aspek logis atau rasional. Karena masalah itu adalah terjadinya kesenjangan (gap) antara das sollen (harapan) dan das sein (kenyataan), maka dalam suatu peristiwa bisa disebut sebagai masalah jika terdapat kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seharusnya, antara kenyataan yang ada dan apa yang diharapkan.

Oleh sebab itu, masalah dapat dikelompokkan dalam 3 kategori, terdiri atas :
1. Masalah filosofis
2. Masalah kebijakan, dan
3. Masalah ilmiah.
Masalah filosofis artinya, bahwa jika gejala-gejala empirisnya tidak sesuai dengan pandangan hidup yang ada dalam masyarakat. Untuk masalah kebijakan, artinya bahwa perilaku-perilakku atau kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh si pembuat kebijakan. Sedangkan masalah yang tergolong kategori masalah ilmiah adalah kenyataan-kenyataan yang tidak sesuai dengan teori ilmu pengetahuan.
Masalah social menandakan diri pada conflict issue yang dapat ditangkap dari peristiwa-peristiwa yang ada dalam masyarakat. Isu-isu tersebut dapat ditangkap melalui pengamatan langsung atau dari media lainnya termasuk dari pokok-pokok pembicaraan yang berkembang dalam masyarakat. Yang harus kita sadari bahwa dari suatu isu yang pragmatis dapat ditarik berbagai masalah, hal ini tergantung dari sudut manakah masalah tersebut dilihat. Dari perangkat proposisi yang ada dalam teori tersebut kita memilih yang sesuai dengan isu dan yang cukup menarik minat itu. Pada gambar berikut ini dapat dilihat bagaimana merumuskan masalah dari isu yang ada dengan mempertemukan gejala-gejala factual dengan teori.
Untuk merumuskan masalah perlu diperhatikan dua pertanyaan pokok yang membantu memperjelas masalah. Pertanyaan pertama ialah tentang mengapa masalah itu penting. Dalam jawabannya harus mengungkapkan dahulu latar belakang permasalahannya. Melalui sumber-sumber yang relevan juga harus mencoba berbagai penelitian yang pernah dilakukan menyangkut masalah tersebut. Dari percobaan tersebut, kita dapat mengungkapkan signifikansi atau pentingnya penelitian yang akan dilakukan.
Sedangkan pertanyaan kedua adalah apa masalahnya. Untuk menjawab pertanyaan ini, harus dilakukan penjajakan di sekitar lokasi penellitian, yang hasilnya kan mengungkapkan gejala-gejala khusus dari setiap individu yang bermasalah. Dengan menggunakan metode induksi, maka kita dapat merumuskan konsep yang merupakan fokus penelitian kita. Selanjutnya dengan konsep tersebut kita merumuskan masalah penelitian secara eksplisit.
Dengan kata lain, bahwa cara merumuskan masalah penelitian ialah dengan :
1. Dirumuskan dengan kalimat tanya.
2. Rumusan tersebut hendaklah padat dan jelas.
3. Member petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan itu.

B. Identifikasi, Klasifikasi dan Variabel
Telah disebutkan sebelumnya bahwa konseptualisasi adalah proses member konsep pada gejala-gejala yang dipermasalahkan. Konsep bersifat abstrak, tetapi menunjuk pada objek-objek tertentu yang konkret. Objek konkret tersebut bersifast individual, yang berbeda satu dengan yang lain. Sifat dari objek-objek yang berbeda-beda itu adalah :
1. Mempunyai ciri umum yang sama, yang membuat mirip satu sama lain, sehingga semuanya dapat dijadikan satu definisi.
2. Setiap objek berbeda, masing-masing mempunyai cirri tersendiri yang membedakannya dengan objek lain.dari perbedaan-perbedaan itulah timbul objek-objek yang bervariasi, sebab itu disebut dengan variabel.
3. Perbedaan-perbedaan pada setiap objek terletak pada ukuran masing-masing, baik ukuran yang bersifat kuantitatif maupun yang bersifat kualitatif.
Dari salah satu sifat di atas, ada yang disebut variabel. Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa / gejala yang akan diteliti. Suatu konsep dapat disebut variabel jika ia menampakkan variasi pada objek-objek yang ditunjuknya. Jadi, konsep bukanlah variabel jika tidak tampak variasi pada objek-objek itu.
Variabel diklasifikasikan menjadi 2, yaitu berdasarkan fungsinya dan berdasarkan proses kuantifikasinya. Variabel yang berdasarkan fungsinya terbagi dalam 5 golongan, terdiri atas :
1. Variabel nominal yaitu variabel yang ditetapkan berdasarkan atas proses penggolongan sifat: deskrit dan saling pilah (mutually exclusive) antara kategori satu dengan yang lain
2. Variabel ordinal yaitu variabel yang disusun atas jenjang dalam atribut
3. Variabel internal yaitu variabel dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
4. Variabel rasio yaitu variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak.
Sedangkan variabel yang berdasarkan proses kuantifikasinya terdiri dari :
1. Variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain
2. Variabel bebas
3. Variabel moderator
4. Variabel kendali
5. Variabel rambang yaitu variabel yang diabaikan pengaruhnya
Variabel secara sederhana juga diartikan sebagai ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa, yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif. Dan hasil pengukuran suatu variabel bisa konstan atau tetap, bisa pula berubah-ubah. Tetapi dalam penelitian variabel yang sering digunakan dibedakan menjadi dua kategori utama, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel perlakkuan atau sengaja dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau pengaruhnyaterhadap variabel terikat. Sedangka variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas atau respons dari variabel bebas.

C. Skala Pengukuran
Selain bisa diamati, sifat kedua dari indikator empiris adalah dapat diukur pada skala tertentu. pengukuran itu bertujuan untuk membedakan yang satu dengan yang lain. Contohnya, apabila dalam penelitian yang satu lebih besar atau lebih kecil daripada yang lain. Dalam proses pengukuran ini, harus menggunakan alat atau instrument untuk memudahkan dalam dalam pengukuran. Alat ukur atau instrument yang dipakai harus konsisten sehingga hasilnya dapat dipercaya, kemudian alat ukur tersebut harus valid agar mendapatkan hasil yang benar-benar dipercaya.
Instrument penelitian adalah alat untuk memperoleh data. Alat yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis data yang diinginkan. Instrument ini juga digunakan sebagai alat pengumpul data yang pada hakikatnya adalah mengukur variabel penelitian. sedangkan pengukuran adalah suatu proses pemberian angka pada setiap objek dalam skala tertentu. Ada empat hasil skala pengukuran, yaitu skala nominal atau penggolongan, skala ordinal atau penggolongan dan urutan, skala interval atau memiliki sifat penggolongan, urutan dan jarak, dan terakhir skala rasio atau memiliki sifat penggolongan, urutan, jarak dan rasio/nisbah. Skala pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Pengukuran terhadap suatu variabel berarti pemberian abgka-angka untuk memperoleh ciro pokok variabel yang diukur. Setiap angka memiliki corak urutan, jarak dan asal yaitu angka nol. Keempat hasil skla tersebut memiliki ciri yang sama dalam hal corak urutan, tetapi berbeda dalam hal jarak asal. Hal ini dapat dilihat dalam gambar berikut :
Tanpa titik nol Memiliki titik nol
Tidak ada jarak Skala ordinal
Skala nominal Skala ordinal
dengan titik nol
Ada jarak Skala interval Skala rasio

Skala pengukuran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Skala Nominal
Skala nominal yaitu skala yang paling sederhana, yang disusun menurut jenis (kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk membedakan sebuah karateristik dengan karakteristik lainnya. Skala nominal ini hanya mengkategorikan objek atau individu ke dalam data kualitatif, bukan data kuantitatif. Ada beberapa ciri-ciri dari skala nominal antara lain : hasil perhitungan dan tidak dijumpai bilangna pecahan, angka yang tertera hanya label saja, tidak mempunyai urutan (ranking), tidak mempunyai ukuran baru, dan juga tidak mempunyai nol mutlak. Dan tes yang digunakan adalah tes non parametrik. Biasanya agka nominal hanya bisa diolah dengan cara meleporkan jumlah hasil pengamatan dari setiap kategori, misalnya menghitung beraoa banyak angka 2 (menyatakan putih) dari objek yang diteliti.


2. Skala Ordinal
Skala ordinal ialah skala yang didasarkan pada ranking diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terendah atau sebaliknya. Analisis statistik yang digunakan ialah statistik non parametrik. Skala ordinal ini menunjuk pada pengertian posisi relatif individu atau objek yang diteliti.
3. Skala Interval
Skala interval ialah skala yang memberi atau mempunyai jarak yang sama dari satu titik asal yang tetap. Dalam skala interval, sifat nominal dan sifat ordinal berada di dalamnya. Hubungan, urutan serta jarak antara angka-angka dalam skala interval mempunyai arti tersendiri. Dan penggunaan skala interval bisa lebih luas, sebab angka dalam skala interval bisa diolah secara matematis seperti jumlah, tambah, kurang, bagi, kali dan sebagainya.
4. Skala Rasio
Skala rasio adalah skala pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Pengukuran dengan menggunakan alat ukur baku seperti cm untuk mengukur panjang dan tinggi, kemudian ons untuk berat akan menghasilkan skala rasio. Seluruh prosedur dan analisis matematika dan statistika dapat digunakan dalam mengolah data skala rasio.
Sehingga dapat dikatakan, bahwa skala rasio adalah skala yang paling tinggi, disusul dengan skala interval, kemudian skala ordinal dan yang terakhir skala nominal. Oleh karena itu, skala rasio dapat diubah pada skala interval, skala interval dapat diubah pada skala ordinal, dan skala ordinal dapat diubah pada skala nominal. Tetapi pada umumnya, skala nominal tidak bisa diubah pada skala ordinal, skala ordinal tidak bisa diubah pada skala interval dan skala interval tidak bisa diubah pada skala rasio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar